DaruHIko Kururu

Kamis, 30 September 2010

perngertian menyimak

2.1 Pengertian Penyimak
Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak
(panduan bahasa dan sastra Indonesia, Natasasmita Hanapi, Drs.; 1995: 18)
Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan
bunyi bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung
dalam bahan simakan. (Djago Tarigan; 1991: 4).

2.2 Tujuan Menyimak
Tujuan utama menyimak adalah untuk menangkap dan memahami pesan, ide serta
gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan. Dengan demikian tujuan
menyimak dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Menyimak memperoleh fakta atau mendapatkan fakta
b. Untuk menganalisis fakta
c. Untuk mengevaluasi fakta
d. Untuk mendapatkan inspirasi
e. Untuk mendapatkan hiburan atau menghibur diri

2.3 Jenis-Jenis Menyimak
Pengklarifikasian menyimak berdasarkan:
a. Sumber suara
b. Cara penyimak bahan yang disimak
c. Tujuan menyimak
d. Taraf aktivitas penyimak
Berdasarkan sumber suara yang disimak, penyimak dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1) Intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi
2) Interpersonal listening atau penyimak antar pribadi
Berdasarkan pada cara penyimakan bahan yang disimak, dapat diklarifikasikan sebagai
berikut:
1) Menyimak ekstensif (extensive listening)
Menyimak ekstensif ialah kegiatan menyimak tidak memerlukan perhatian, ketentuan dan
ketelitian sehingga penyimak hanya memahami seluruh secara garis besarnya saja.
Menyimak ekstensif meliputi
a) Menyimak sosial
b) Menyimak sekunder
c) Menyimak estetik
2) Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak dengan penuh perhatian, ketentuan dan
ketelitian sehingga penyimak memahami secara mendalam.
Menyimak intensif meliputi:
a) Menyimak kritis
b) Menyimak introgatif
c) Menyimak penyelidikan
d) Menyimak kreatif
e) Menyimak konsentratif
f) Menyimak selektif

Tujuan menyimak berdasarkan Tidyman & butterfield membedakan menyimak menjadi:
a) Menyimak sederhana
b) Menyimak diskriminatif
c) Menyimak santai
d) Menyimak informatif
e) Menyimak literatur
f) Menyimak kritis
Berdasarkan pada titik pandang aktivitas penyimak dapat diklarifikasikan:
a) Kegiatan menyimak bertarap rendah
b) Kegiatan menyimak bertaraf tinggi

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyimak
1. Unsur Pembicara
Pembicara haruslah menguasai materi, penuh percaya diri, berbicara sistematis dan
kontak dengan penyimak juga harus bergaya menarik / bervariasi
2. Unsur Materi
Unsur yang diberikan haruslah actual, bermanfaat, sistematis dan seimbang
3. Unsur Penyimak / Siswa
a. Kondisi siswa dalam keadaan baik
b. Siswa harus berkonsentrasi
c. Adanya minat siswa dalam menyimak
d. Penyimak harus berpengalaman luas
4. Unsur Situasi
a. Waktu penyimakan
b. Saran unsur pendukung
c. Suasana lingkungan

2.5 Ciri-Ciri Penyimak Ideal
Menurut Djago Tarigan mengidentifikasi ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut:
1. Berkonsentrasi
Artinya penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak
2. Penyimak harus bermotivasi
Artinya mempunyai tujuan tertentu sehingga untuk menyimak kuat
3. Penyimak harus menyimak secara menyeluruh
Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu
4. Penyimak harus menghargai pembicara
5. Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti
6. Penyimak harus sungguh-sungguh
7. Penyimak tidak mudah terganggu
8. Penyimak harus cepat menyesuaikan diri
9. Penyimak harus kenal arah pembicaraan
10. Penyimak harus kontak dengan pembicara
11. Kontak dengan pembicara
12. Merangkum
13. Menilai
14. Merespon

2.6 Kegiatan Menyimak
1) Proses menyimak komprehensif
Adapun komponen yang termasuk dalam proses menyimak:
a) Rangsang bunyi
Weafer 91972) memasukan kata-kata, bunyi isyarat dan bunyi-bunyi lainnya sebagai tipe-
tipe simbol bunyi yang dapat diterima dan dapat dimaknai oleh penyimak
b) Penerimaan alat peraga
c) Perhatian dan penyelesaian
d) Pemberian makna
2) Fungsi comprehensive listening
Fungsinya berkonsentrasi pada pesan-pesan yang disampaikan selanjutnya kaitan antara
satu pesan dengan lainnya agar sampai pemahaman yang dikehendaki.
3) Faktor-faktor yang berkaitan dengan menyimak konprehensif
a) Memori
Adapun memori dalam diri kita memiliki tiga fungsi penting
- Menyusun arah tentang apa yang akan kita lakukan dalam aktivitas
- Memberikan struktur baku terhadap pemahaman kita kepada suatu aktivitas apabila
konsep-konsep kita tersebut dikemukakan oleh orang lain
- Memberikan arah/pedoman untuk mengingat pengalaman/ pengetahuan dan informasi-
informasi yang telah diketahui sebelumnya.
Beberapa teori yang memberikan penjelasan tentang penyebab mengapa informasi yang
disimpan dalam memori hilang (lupa)
1) Fuding teori (teori pemudaran): maksudnya informasi yang tidak sering digunakan
akan memudar / perlahan-lahan hilang
2) Distortion theory: informasi yang mirip dengan informasi yang lainnya tidak dapat
dibedakan, yang telah disimpan di ingatan
3) Superssion Theory: teori ini menyatakan pesan akan hilang akibat hambatan
multivasional (melukai)
4) Interference Theory: teori ini menyatakan informasi yang telah di dapat sebelumnya
akan bercampur dengan informasi yang baru didapat
5) Processing Break down theory: teori ini berpendapat bahwa tak satupun dari bagian-
bagian informasi dapat diingat tanpa menggunakan sistem pengkodean makna ganda
(sistem coding ambigu)
Menurut penelitian manusia akan lebih mengingat apabila informasi itu:
1) Dianggap penting dan berharga atau berguna dalam kehidupan
2) Dianggap lain dari pada informasi yang lain atau dianggap unik (tidak wajar)
3) Terorganisir dan
4) Berupa informasi visual
Menurut Montgo Mery ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar kita dapat
meningkatkan daya mengingat kita. Kita harus memiliki keinginan kuat untuk
meningkatkan daya ingatan, meningkatkan konsentrasi terhadap suatu pesan, dan peduli
terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitar kita.
b) Konsentrasi
Salah satu alasan mengapa pendengar tak dapat berkonsentrasi pada sumber pembicaraan
(penuturan) adalah kemungkinan karena sering berkomunikasi dalam rentang yang terlalu

lama, sehingga keadaan seperti ini menuntutnya untuk membagi-bagi energi. Untuk
memperhatikan antara berbagai ragam rangsang dan tidak merespon pada suatu rangsang
saja.
Alasan yang kedua adalah karena pendengar salah mengarahkan energi untuk
memperhatikan (attention energy). Menurut Erving Goffman, bentuk standar dan
kesalahan penafsiran meliputi hal-hal berikut:
1) Pencakupan / pemenuhan eksternal, dibandingkan dengan berkonsentrasi pada pesan
penutur, pendengar cenderung akan mudah terkacaukan perhatiannya oleh stimulasi /
rangsang dari luar
2) Kesadaran diri
3) Kesadaran berinteraksi
4) Kurangnya rasa ingin tahu terhadap apa yang sedang dibicarakan
Ada tiga alasan lain yang menyadari alasan kurangnya konsentrasi di atas diantaranya;
kurangnya motivasi diri dan kurangnya tanggung jawab
c) Pembendaharaan kata
Faktor yang mempengaruhi kemampuan komprehensif pendengar adalah ukuran kosa
kata. Diasumsikan bahwa ukuran kosa kata merupakan variabel penting dalam
pemahaman pendengar.
Dalam peran kita sebagai komunikator, kita memiliki empat jenis kosa kata fungsional
yang sangat bervariasi ukurannya, jenis kosa kata itu dibedakan berdasarkan usia, saat
seseorang melakukan komunikasi. Hal tersebut digambarkan sebagai berikut:
1) Sampai kira-kira seseorang mencapai usia sebelas tahun kosa kata fungsional terbesar
yang dimiliki adalah kosa kata simakan mendengar (listening vocabulary) artinya
pengayaan kosa katanya pada fase ini dapat dan hasil simakan dari kehidupan sehari-hari
2) Setelah lewat usia dua belas, kosa kata simakan yang seseorang miliki, umumnya
dipengaruhi oleh kosa kata atau hasil membaca (reading vocabulary).
Orang dewasa dikatakan memiliki kosa kata minimum apabila ia hanya memilih rata-rata
kosa kata sebesar 20.00 kata.
Untuk meningkatkan kosa kata umum maupun kosa kata mendengar menurut langkah-
langkah Pauk dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Langkah pertama adalah menumbuhkan minat kata-kata. Ada dua kemampuan dasar
yang dapat membantu kita untuk mempelajari kata-kata baru berdasarkan maknanya
adalah kemampuan menganalisa struktur dan kemampuan menganalisa konteks kata
keterampilan pertama tadi yaitu analisis struktur.
2. Langkah yang kedua adalah mempelajari makna dari kata-kata yang tidak lazim dari
konteks-konteksnya.
Ada 2 jenis petunjuk kontekstual yang utama dan telah umum dikenal yakni petunjuk
sematik (makna kata) dan sintaksis (struktur kalimat), yang termasuk ke dalam petunjuk
sematik adalah petunjuk sinonim, penjelas, deskripsi, contoh, kesimpulan, penjelas
pengalaman, situasi,.
Petunjuk kontekstual kedua adalah petunjuk sintaksis berupa pola-pola penyusun kalimat
yang menjadi penyusun suatu kalimat.

d) Faktor-faktor tambahan
1) Faktor kurang seringnya diadakan penelitian-penelitian yang terkontrol secara ilmiah
2) Tak banyak mengenal paliditas dan realibitas tes mendengar yang diterapkan dalam

penelitian
3) Karena sebagian besar peneliti belum terkoordinir dengan baik.
Ada beberapa variabel yang mempengaruhi keefektifan menyimak konprehensif adalah
usia, motivasi, intelgensia, tingkat pencapaian, kemampuan berbicara, pemahaman
membaca, kemampuan belajar, kemampuan berbahasa dan cultural
BAB III
PENUTUP

Hakekat dari ilmu menyimak adalah suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar
dan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterprestasi, menilai dan merealisasi atas
makna yang terkandung dalam bahan simakan.
Jadi menyimak sangatlah penting bagi para pelajar terutama siswa SD, menyimak
bertujuan untuk menangkap, memahami pesan, ide serta gagasan yang terdapat pada
materi atau bahasa simakan. Keterampilan menyimak sangatlah penting, baik di luar
maupun di sekolah, namun demikian di Indonesia kelihatanya belum mendapat tempat
yang menggembirakan. Hal ini terbukti belum dimasukannya menyimak secara eksplisit
pada GBPP bidang studi.
Kegiatan menyimak ternyata besar sekali peranannya dalam kehidupan sehari-hari. Mulai
dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga, di masyarakat di pabrik, di kantor, di
perusahaan, di sekolah dan sebagainya.
Kita tahu bahwa kegiatan menyimak sangat banyak dilakukan di sekolah maupun di luar
sekolah, namun kenyataannya masih jarang sekali orang-orang yang berminat
mengadakan penelitian di bidang menyimak.
DAFTAR PUSTAKA

Supriatna Agus, M.Pd., Rukianti K. Enung Hj. Dra. M.Pd.; Modul pembelajaran Program
Diploma Dua Guru Kelas MI.
Natasamita hanapi, Drs. Panduan Bahasan Dan Sastra Indonesia

menyimak dan berbicara

Menyimak dan Berbicara
Menyimak dan Berbicara
Menyimak atau mendengarkan adalah uatu proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan sungguh-sungguh penuh perhatian, pemahaman, apresiatif yang dapat disertai dengan pemahaman makna, komunikasi yang disampaikan secara non verbal. menyimak merupakan keterampilan memahami bahasa lisan yang bersifat reseptif.
Jenis situasi dalam mendengarkan :
1. Situasi Mendengarkan secara Interaktif :
Terjadi dalam percakapan tatap muka, di telepon / sejenisnya. Secara bergantian subjek ( 2 orang / lebih ) melakukan aktivitas mendengarkan dan berbicara. Sehingga kita memiliki kesempatan bertanya guna mendapatkan penjelasan, meminta lawan bicara mengulang apa yang telah diucapkannya / meminta lebih pelan dalam berbicara.
2. Situasi mendengarkan secara Non-Interaktif :
Kita tidak dapat meminta penjelasan dari pembicara, tidak bisa meminta pembicara mengulangi apa yang diucapkan kita juga tidak dapat meminta pembicaraan di perlambat.
Contoh : Mendengarkan radio, mendengarkan ceramah, menonton film


Berbicara adalah suatu proses penyampaian pesan dari sumber kepada penerima melalui media berupa suara/ bunyi-bunyian. Menyimak merupakan keterampilan berbahasa lisan yang bersifat produktif.
Jenis situasi dalam berbicara :
a. Situasi berbicara secara interaktif :
misal : – Percakapan secara tatap muka dan berbicara lewat telepon yang memungkinkan adanya aktivitas pergantian antara berbicara dan mendengarkan..
b. Situasi berbicara secara Semi-Interaktif :
misal : – Situasi berpidato dihadapan umum secara langsung.
dal;am situasi ini audiens memang tidak dapat melakukan iterupsi terhadap pembicara c. Situasi berbicara bersifat Non-Interaktif :
misal : berpidato lewat radio / TV.
Pada kegiatan menyimak dam berbicara adalah dua hal yang saling berhubungan. Kalau ada dua orang saling berkomunikasi lisan maka kedua hal tadi akan terjadi secara otomatis. Yaitu kalau orang pertama berbicara maka orang kedua menyimak/mendngarkan. Kemudian sebaliknya, ketika orang kedua berbicara maka orang pertama mendengarkan. Dalam komunikasi ini kedua belah pihak dapat saling menanggapi satu sama lain.

pengertian menyimak menurut para pakar

Defenisi Menyimak Menurut Para Pakar
Anderson (1972) dalam Guntur Tarigan (1986 : 19)
Menyimak sebagai proses besar mendengarkan, mengenal, serta menginterprestasikan lambang-lambang lisan (Anderson, 1972 : 68)

Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 dalam Guntur Tarigan (1986 : 19)
Menyimak bermakna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi (Russell & Russell, 1959; Anderson, 1972 : 69)

Guntur Tarigan (1985 : 19)
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interprestasi, untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.

Djago Tarigan (1986)
Menyimak dapat dikatakan mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha pemahaman. Pada peristiwa menyimak ada unsur kesengajaan, direncanakan dan disertai dengan penuh perhatian dan minat.

Kamus Umum Bahasa Indonesi (W. J. S. Poerwadarminta 1982 : 847)
Menyimak adalah mendengarkan (mempertahankan apa yang diucapkan orang). Menyimak adalah latihan mendengarkan baik-baik.

Kesimpulan :
Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan bunyi baik bunyi nonbahasa dan bunyi bahasa dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, serta interprestasi, dengan menggunakan aktivitas telinga dalam menangkap pesan yang diperdengarkan untuk memperoleh informasi dan memahami isi yang disampaikan bunyi tersebut.
Bagaimana menyimak ?
Menyimak yaitu dengan cara bersungguh-sungguh mendengarkannya dan memahami isi pesan, penuh perhatian, dengan baik, dengan minat yang tinggi, dan pemahaman yang mendalam tentang isi pesan yang disampaikan.

Bila atau kapan menyimak ?
Menyimak pada saat ada pembicara atau bunyi lain yang sedang menyampaikan pesan baik dengan bunyi bahasa atau non bahasa, pendengar harus menyimak pesan atau bunyi bahasa tersebut.

Tujuan menyimak ?
Menyimak memiliki tujuan yaitu menerima pesan dari bunyi bahasa dan memahaminya.

Apa yang disimak ?
Adapun yang disimak yaitu bunyi. Bunyi yang dapat dipahami seperti lisan dari alat ucap manusia atau bunyi dari benda lain seperti sirine mobil pemadam kebakaran, mobil polisi, mobil ambulance, dan lain-lain yang disebut bunyi non bahasa.

Jenis Menyimak
Jenis menyimak menurut H. G. Tarigan :
1. Menyimak Ekstensif
Digunakan untuk memperkenalkan kembali bahan yang telah pernah dipelajari dalam suatu lingkungan baru dengan cara yang baru.
2. Menyimak Intensif
Menyimak Intensif lebih diarahkan pada kegiatan menyimak secraa lebih bebas dan lebih umum serta tidak perlu dibawah bimbingan langsung para guru.
3. Menyimak Sosial
a. Menyimak secara sopan santun dan dengan penuh perhatian percakapan atau konversasi dalam situasi-situasi sosial dengan suatu maksud.
b. Mengerti serta memahami peranan-peranan pembicara dan menyimak dalam proses komunikasi tersebut (Tarigan 1985 : 27)
4. Menyimak Kritis
Sejenis kegiatan menyimak, yang di dalam sudah terlihat kurangnya keaslian ataupun kehadiran prasangka serta ketidak telitian yang diamati.
5. Menyimak Kreatif
Menyimak kreatif berhubungan dengan kegiatan imajinatif yang menyenangkan.
6. Menyimak Konsentratif
Menyimak konsentratif sering disebut juga menyimak untuk menelaah sesuatu.
7. Menyimak Penyelidikan
Adalah menyimak intensif dengan maksud tujuan yang agak lebih sempit.
8. Menyimak Interigatif
Adalah sejenis menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan, karena si penyimak harus mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
9. Menyimak Pasif
Adalah penyerapan suatu bahasa tanpa upaya sadar yang biasanya memadai uapaya-upaya kita pada saat belajar dengan teliti, belajar tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih, serta menguasai sesuatu bahasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak

1. Faktor Psikologi
a. Prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicara.
b. Keegosentrisan dan kewajiban terhadap minat-minat pribadi serta masalah-masalah pribadi.
c. Kepicikan kurang luas pandangan
d. Kebosanan atau tidak ada perhatian pada subjek
e. Sikap yang tidak layak terhadap sekolah, guru, subjek.
2. Faktor Fisik
a. Sangat lelah
b. Ukuran gizi rendah
c. Ruangan terlalu panas, lembab atau terlalu dingin
d. Suara bising dari jalan atau kamar sebelah.
e. Berada dalam keadaan bingung.
f. Berada dalam keadaan tergesa-gesa dan lain-lain.
3. Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman mempengaruhi dalam menyimak seperti penguasaan kosa kata.
4. Faktor Sikap
Faktor sikap terdiiri dari 2 yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang yang bersikap menerima akan menerima hal-hal yang menraik saja. Sedangkan orang yang bersikap menolak akan menolak hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan.
5. Faktor Motivasi
Kalau motivasi kuat maka untuk mengerjakan sesuatu yang diharapkan akan berhasil. Motivasi ini erat juga berkaitan dengan pribadi seseorang.
6. Faktor Jenis Kelamin
Dari beberapa penelitian, beberapa pakar menarik kesimpulan bahwa pria dan wanita pada umumnya mempunyai perhatian yang berbeda, dan cara mereka memusatkan perhatian pada sesuatu pun berbeda pula.
7. Faktor Lingkungan
Lingkungan Fisik yaitu agar siswa dapat mendengar dan menyimak dengan baik tanpa ketegangan dan gangguan. Lingkungan Sosial yaitu agar siswa dapat mengekpresikan ide-ide mereka.
8. Peranan dalam masyarakat yaitu sangat penting dalam menyampaikan informasi kita harus mendengarkan ceramah/pidato yang disampaikan.

Kebisaan-kebiasaan jelek dalam menyimak

1. Menyimak Lompat Tiga
Yang dimaksud menyimak lompat tiga adalah perhatian penyimak melompat-lompat karena kecepatan berfikr menyimak + 400 kata permenit sedangkan kecepatan berbicara hanya + 200 kata permenit.
2. Menyimak daku dapat fakta
Menyimak daku dapat fakta maksudnya penyimak berusaha menangkap satu dua fakta, dan kehilangan fakta lainnya, sehingga penyimak tidak dapat bernalar dengan baik.
3. Menyimak Ketulian emosional
4. Menyimak superintensif
5. Menyimak penjelasan-penjelasan yang sulit
6. Penolakan secara gegabah terhadap sesuatu subjek sebagian yang tidak menarik perhatian
7. Mengkritik cara berpidato dan penampilan fisik seseorang pembicara
8. Perhatian pura-pura
9. Menyimak dengan pensil dan kertas di tangan.

Hakikat Menyimak
Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menuimak. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.
Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.
Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.
Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan :
1. mendapatkan fakta
2. menganalisis fakta
3. mengevaluasi fakta
4. mendapatkan inspirasi
5. menghibur diri
6. meningkatkan kemampuan berbicara
Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara.
Bila diperinci, peranan menyimak tersebut hasilnya seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:
1. landasan belajar berbahasa
2. penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3. pelancar komunikasi lisan penambah informasi
Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah informasi.

Hakikat Menyimak

- Sebagai sarana atau alat
- Sebagai pengalaman kreatif
- Sebagai seni
- Sebagai proses
- Sebagai keterampilan berkomunikasi
- Sebagai responsi

Rabu, 29 September 2010

materi berbicara

1
BERBICARA DAN PEMBELAJARANNYA A. PENDAHULUAN Sesuai dengan dasar-dasar kompetensi yang perlu dimiliki dan dikembangkan oleh guru bahasa Indonesia SMP, makalah ini bertujuan agar Anda sebagai guru bahasa Indonesia memiliki dan mampu mengembangkan kompetensi yang meliputi: penguasaan materi pembelajaran, penguasaan perilaku pengajaran, dan kemampuan mengevaluasi. Kompetensi wawasan pengembangan profesi secara eksplisit tidak tercantum dalam tujuan ini. Walaupun demikian, hal itu terkandung secara implisit karena wawasan pengembangan profesi membutuhkan keterampilan berbicara yang tinggi. Secara lebih rinci, tujuan yang berbasis kompetensi dalam materi ”berbicara” ini dapat dijabarkan sebagai berikut.
1 Anda diharapkan menguasai teori tentang berbicara yang berkaitan dengan hakikat berbicara, jenis berbicara, teknik berbicara dan efektivitas berbicara.
2 Anda diharapkan terampil berbicara, khususnya keterampilan yang berhubungan dengan hal-hal yang Anda ajarkan di SMP sehingga Anda dapat menjadi contoh yang baik bagi siswa Anda.
3 Anda diharapkan terampil dalam pembelajaran berbicara di SMP. Keterampilan ini meliputi keterampilan memilih materi, menentukan metode, menentukan media dan melaksanakan evaluasi.
B. MATERI
1. Ihwal Berbicara
Guntur Tarigan (1981:15) mengemukakan bahwa keterampilan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, mengatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. jika komunikasi
2
berlangsung secara tatap muka ditambah lagi dengan gerak tangan dan air muka (mimik) pembicara. Sejalan dengan pendapat di atas, Djago Tarigan (1990:149) menyatakan bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat berat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, tetapi dalam bentuk lain yakni bunyi bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi bentuk semula. Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 23) mengemukakan pula bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berbicara itu lebih daripada sekadar mengucapkan bunyi-bunyi atau kata-kata saja, melainkan suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak. 2. Tujuan Berbicara Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka seyogyanyalah pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan, pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para pendengarnya. Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149) terdapat lima golongan berikut ini. a) Menghibur Berbicara untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian pendengar dengan berbagai cara, seperti humor, spontanitas, menggairahkan, kisah-kisah jenaka, petualangan, dan sebagainya untuk menimbulkan suasana gembira pada pendengarnya. b) Menginformasikan
Berbicara untuk tujuan menginformasikan, untuk melaporkan, dilaksanakan bila seseorang ingin: a. menjelaskan suatu proses; b. menguraikan, menafsirkan, atau
3
menginterpretasikan sesuatu hal; c. memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan; d. menjelaskan kaitan. c) Menstimulasi Berbicara untuk menstimulasi pendengar jauh lebih kompleks dari tujuan berbicara lainnya, sebab berbicara itu harus pintar merayu, mempengaruhi, atau meyakinkan pendengarnya. Ini dapat tercapai jika pembicara benar-benar mengetahui kemauan, minat, inspirasi, kebutuhan, dan cita-cita pendengarnya. d) Menggerakkan Dalam berbicara untuk menggerakkan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan atau tokoh idola masyarakat. Melalui kepintarannya dalam berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan pendengarnya. 3. Jenis-jenis Berbicara Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan (1981: 22-23) memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori tersebut. 1) Berbicara di Muka Umum Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.
a. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau melaporkan, bersifat informatif (informative speaking).
b. Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau meyakinkan (persuasive speaking).
c. Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang dan hati-hati (deliberate speaking).
2) Diskusi Kelompok Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.
a. Kelompok resmi (formal)
b. Kelompok tidak resmi (informal)
4
3) Prosedur Parlementer 4) Debat Berdasarkan bentuk, maksud, dan metodenya maka debat dapat diklasifikasikan atas tipe-tipe berikut ini.
a. Debat parlementer atau majelis
b. Debat pemeriksaan ulangan
c. Debat formal, konvensional atau debat pendidikan
Pembagian di atas sudah jelas bahwa berbicara mempunyai ruang lingkup pendengar yang berbeda-beda. Berbicara pada masyarakat luas, berarti ruang lingkupnya juga lebih luas. Sedangkan pada konferensi ruang lingkupnya terbatas. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Berbicara Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 17-20) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara yang baik , seorang pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan, dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara adalah faktor kebahasaan dan nonkebahasaan. Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi; ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan. Faktor-faktor nonkebahasaan meliputi; sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik. Faktor yang menunjang keefektifan berbicara di atas, baik yang bersifat kebahasaan maupun yang nonkebahasaan, keduanya tidak boleh diabaikan apabila seseorang ingin menjadi pembicara yang terampil. Dalam meraih keinginan tersebut harus dengan proses berlatih yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis. 5. Ciri-ciri Pembicara Ideal
5
Rusmiati (2002: 30) mengemukakan bahwa terdapat sejumlah ciri-ciri pembicara yang baik untuk dikenal, dipahami, dan dihayati, serta dapat diterapkan dalam berbicara. Ciri-ciri tersebut meliputi hal-hal di bawah ini.
1) Memilih topik yang tepat. Pembicara yang baik selalu dapat memilih materi atau topik pembicaraan yang menarik, aktual dan bermanfaat bagi para pendengarnya, juga selalu mempertimbangkan minat, kemampuan, dan kebutuhan pendengarnya.
2) Menguasai materi. Pembicara yang baik selalu berusaha mempelajari, memahami, menghayati, dan menguasai materi yang akan disampaikannya.
3) Memahami latar belakang pendengar. Sebelum pembicaraan berlangsung, pembicara yang baik berusaha mengumpulkan informasi tentang pendengarnya.
4) Mengetahui situasi. Mengidentifikasi mengenai ruangan, waktu, peralatan penunjang berbicara, dan suasana.
5) Tujuan jelas. Pembicara yang baik dapat merumuskan tujuan pembicaranya yang tegas, jelas, dam gambling.
6) Kontak dengan pendengar. Pembicara berusaha memahami reaksi emosi, dan perasaan mereka, berusaha mengadakan kontak batin dengan pendengarnya, melalui pandangan mata, perhatian, anggukan, atau senyuman.
7) Kemampuan linguistiknya tinggi. Pembicara dapat memilih dan menggunakan kata, ungkapan, dan kalimat yang tepat untuk menggambarkan jalan pikirannya, dapat menyajikan materi dalam bahasa yang efektif, sederhana, dan mudah dipahami.
8) Menguasai pendengar. Pembicara yang baik harus pandai menarik perhatian pendengarnya, dapat mengarahkan dan menggerakkan pendengarnya ke arah pembicaraannya.
9) Memanfaatkan alat bantu.
10) Penampilannya meyakinkan.
11) Berencana.
6. Hambatan dalam Kegiatan Berbicara Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum.
Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses belajar
6
mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan hambatan dalam kegiatan berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal). Hambatan Internal Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut.
1) Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi kefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.
2) Penguasaan komponen kebahasaan
Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini.
a. Lafal dan intonasi,
b. Pilihan kata (diksi),
c. Struktur bahasa,
d. Gaya bahasa.
3) Penggunaan komponen isi Komponen isi meliputi hal-hal berikut ini.
a. Hubungan isi dengan topik,
b. Struktur isi,
c. Kualitas isi,
d. Kuantitas isi.
4) Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara. Hambatan Eksternal
7
Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Suara atau bunyi
b. Kondisi ruangan
c. Media
d. Pengetahuan pendengar
7. Sikap Mental dalam Berbicara Kegiatan berbicara merupakan kegiatan yang membutuhkan berbagai macam pengetahuan dan kemampuan yang sangat kompleks, salah satunya adalah sikap mental. Sikap mental yang harus dibina oleh seorang pembicara pada saat berbicara dijelaskan berikut ini. a) Rasa Komunikasi Dalam berbicara harus terdapat keakraban antara pembicara dan pendengar. Jika rasa keakraban itu tumbuh. Dapat dipastikan tidak akan terjadi proses komunikasi yang timpang. Pembicara yang baik akan berusaha untuk menumbuhkan suasana komunikasi yang erat, seperti dalam pembicaraan sehari-hari. Respon yang diharapkan dari pendengar adalah komunikasi yang aktif. b) Rasa Percaya Diri Seorang pembicara harus memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya ini akan menghilangkan keraguan, sehingga pembicara akan merasa yakin dengan apa yang disampaikannya. c) Rasa Kepemimpinan Aminudin (1983: 12) mengemukakan bahwa rasa kepemimpinan yang berhubungan dengan kegiatan berbicara adalah rasa percaya diri dari pembicara bahwa dirinya mampu mengatur, menguasai, dan menjalin suasana akrab dengan pendengarnya, serta mampu menyampaikan gagasan-gagasannya dengan baik. Pembicara yang memiliki kemampuan dan mental pemimpin akan mampu mengatur dan mengarahkan pendengar agar berkonsentrasi terhadap pokok pembicaraan yang sedang dibahas.
8
8. Pembelajaran Berbicara Pembelajaran berbicara perlu ditingkatkan, karena pada kenyataannya masih banyak siswa yang sulit berbicara ketika didaulat beribicara ke depan kelas. Banyak yang masih malu-malu atau tersendat-sendat serta berkeringat dingin bila disuruh berbicara ke depan kelas. Apabila keadaannya seperti di atas, maka guru harus berupaya keras untuk memberikan kesempatan kepada siswa berbicara secara bergiliran dalam setiap proses pembelajaran. Agar siswa terampil berbicara, guru harus memandu siswa dan mengetahui metode pembelajaran yang tepat. Jika metode dikaitkan dengan pengalaman belajar, maka maka metode berfungsi sebagai sarana mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang menjadi kenyataan dalam pembelajaran pokok bahasan tertentu. Guru harus menciptakan berbagai pengalaman belajar berbicara agar siswa dapat berlatih berbicara. Berbicara sebagai sebuah keterampilan memerlukan banyak latihan. Metode pembelajaran berbicara yang baik harus memenuhi berbagai kriteria. Kriteria itu berkaitan dengan tujuan, bahan, pembinaan keterampilan proses, dan pengalaman belajar. Kriteria yang harus dipenuhi oleh metode pembelajaran berbicara, antara lain:
a) relevan dengan tujuan,
b) memudahkan siswa memahami materi pembelajaran,
c) mengembangkan butir-butir keterampilan proses,
d) dapat mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang,
e) merangsang siswa untuk belajar,
f) mengembangkan penampilan siswa,
g) mengembangkan keterampilan siswa,
h) tidak menuntut peralatan yang rumit,
i) mudah dilaksanakan, dan
j) menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan.
Adapun syarat minimal yang harus dipenuhi guru berbicara adalah:
a) penguasaan materi,
b) cara mengajarkan berbicara,
9
c) mempunyai pengalaman dengan berbagai ragam metode atau teknik pembelajaran,
d) mahir berbicara.
Berikut ini dipaparkan sejumlah metode berbicara yang dikemukakan oleh Djago Tarigan (1990).
1) Memerikan
Memerikan berarti menjelaskan, menerangkan, melukiskan atau mendeskripsikan sesuatu. Siswa disuruh memperlihatkan sesuatu berupa benda atau gambar, kesibukan lalu lintas, melihat pemandangan atau gambar secara teliti. Kemudian siswa diminta memerikan sesuatu yang telah dilihatnya. Guru : (memperlihatkan gambar seorang anak pergi ke sekolah bersama teman-temannya dalam beberapa menit). Siswa : (setelah memperhatikan gambar tersebut, ia berbicara) serombongan anak pergi ke sekolah. Mereka berpakaian bersih dan sopan. Seragam sekolah mereka berwarna putih dan merah dipadu dengan ropi merah puti kotak-kotak. Mereka tampak sehat dan ceria.....dst.
2) Menjawab Pertanyaan
Siswa yang susah atau malu berbicara, dapat dipancing untuk berbicara dengan menjawab pertanyaan mengenai dirinya, misalnya mengenai nama, usia, tempat tinggal, pekerjaaan orang tua, dan sebagainya. Guru : Apa pekerjaan orang tuamu? Siswa : Berjualan makanan. Guru : Makanan apa? Siswa : Lauk pauk sebagi teman nasi ketika makan...dst.
3) Bertanya
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya merupakan salah satu cara agar siswa berlatih berbicara. Melalui pertanyaan siswa dapat menyatakan keingintahuannya terhadap sesuatu hal. Tingkat atau jenjang pertanyaan yang diutarakan melambangkan tingkat kedewasaan siswa. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang sistematis siswa dapat menemukan sesuatu yang diinginkannya.
10
Contoh: Guru menyimpan sebuah benda tertutup. Siswa diminta untuk menebak benda dengan mengajukan pertanyaan. Pada pertanyaan ke-10 siswa harus sudah menebak atau mengetahui bendanya. Siswa : Apakah benda hidup? Guru : Bukan Siswa : Apakah bisa dimakan? Guru : Ya....dst
4) Melanjutkan Cerita
Dalam pembelajaran ini guru menyiapkan cerita yang belum selesai. Para siswa disuruh melanjutkan cerita yang tidak selesai seorang demi seorang paling banyak lima orang. Pada bagian akhir kegiatan memeriksa jalan cerita apakah sistematis, logis, atau padu.
5) Menceritakan Kembali
Pembelajaran berbicara dengan teknik menceritakan kembali dilakukan dengan cara siswa membaca bahan itu dengan seksama. Kemudian guru meminta siswa menceritakan kembali isi bacaan dengan kata-kata sendiri secara singkat.
6) Percakapan
Percakapan adalah pertukaran pikiran atau pendapat mengenai suatu topik antardua orang atau lebih. Dalam percakapan ada dua kegiatan yaitu menyimak dan berbicara silih berganti. Suasana dalam percakapan biasanya akrab, spontan, dan wajar. Topik pembicaraan adalah hal yang diminati bersama. Percakapan merupakan suasana pengembangan keterampilan berbicara.
7) Parafrase
Parafrase artinya beralih bentuk, misalnya memprosakan isi puisi menjadi prosa. Dalam pararfase, guru menyiapkan sebuah puisi yang cocok bagi kelas itu. Guru membacakan puisi itu dengan suara jelas, intonasi yang tepat,tan normal. Siswa menyimak pembacaan dan kemudian menceritakannya dengan kata-kata sendiri. Contoh: Kemarau
11
Sungai-sungaiku kering Melatiku layu Dan rumput pun kecoklatan Bilakah engkau pergi? Agar semua berseri kembali Sejak kehadiranmu Ternak tak ada yang merumput Margasatwa enggan berdendang Dan debu jalanan Menyesakkan nafas Sumber dari Cemerlang III/5, 1978, karangan Suliestiowaty. Bentuk parafrasenya, di antaranya sebagai contoh alternatif di bawah ini. (Pada musim kemarau, tanah tandus dan) sungai-sungai (di daerah) ku kering (Bunga-bunga semua kering, juga bunga) Melati (kesayangan)ku layu. (Begitu juga keadaan) rumput (yang ada di depan rumahku) pun kecoklatan (kekeringan, bagaikan terbakar matahati). Bilakah engkau (musim kemarau berganti musim hujan) pergi? Agar semua (tanaman dan semua hewan sertta manusia bisa) berseri kembali Sejak kehadiranmu (musim kemarau yang pnjang ini) Ternak (yang ada di kampumgku) tak ada yang merumput Margasatwa enggan berdendang (mereka tak sanggup lagi berdendang karena kepanasan) Dan debu (di) jalanan (sangat tebal) (Dapat) . Menyesakkan nafas (setiap orang yang melewatinya).
8) Bermain Peran
Ketika bermain peran, siswa bertindak dan berperilaku seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa, berarti siswa harus mengenl dan dapat menggunakan ragambahasa.
12
Bermain peran agak mirip dengan dramatisasi dan sosiodrama tetapi ketiganya berbeda. Bermain peran lebih sederhana dalam segla hal daripada sosiodrama ataupun dramtisasi.
9) Wawancara
Wawancara atau interviu adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Pewawancara biasanya wartawan atau penyiar radio dan televisi. Biasanya mereka mewawancarai orang berprestasi, ahli atau istimewa, misalnya pejabat, tokoh, pakar dalam bidang tertentu, juara. Melalui kegiatan wawancara, siswa berlatih berbicara dan mengembangkan keterampilannya. Mereka dapat berlatih mewawancarai pedagang atau penjaga di sekitar sekolah. Kemudian, mereka melaporkan hasil pekerjaannya secara berkelompok maupun individu.
10) Memperlihatkan dan Bercerita
Siswa disuruh membawa benda-benda yang mereka sukai dan Bercerita tentang benda tersebut. Kegiatan ini merupakan jembatan yang menyenangkan antara rumah dan sekolah. Hal yang dapat dilakukan guru yaitu pertama mendorong siswa dengan cara membantu mereka merencanakan cerita yang akan dikemukakannya dan kedua, menyuruh siswa lain menyiapkan pertanyaan yang menggunakan kata tnya: apa, siapa, kapan, mengapa, di mana, dan bagaimana. 9. Penilaian Keterampilan Berbicara Keberhasilan suatu kegiatan tentu memerlukan penilaian. Pengajaran keterampilan berbicara merupakan salah satu kegiatan di dalam pengajaran bahasa Indonesia yang memerlukan penilaian tersendiri. Berikut ini terdapat beberapa hal yang akan dipaparkan mengenai kriteria penilaian dalam pengajaran keterampilan berbicara. Suhendar (1992: 118-131) mengemukakan bahwa bila kita akan menilai kemampuan berbicara seseorang sekurang-kurangnya ada enam hal yang harus diperhatikan. Keenam tersebut sebagai berikut:
1) lafal,
2) struktur,
3) kosakata,
13
4) kefasihan,
5) isi pembicaraan,
6) pemahaman.
Sapani (1990: 12-16) berpendapat mengenai penilaian keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara ini mencakup tiga aspek sebagai berikut.
1) Bahasa lisan yang digunakan, meliputi: lafal dan intonasi, pilihan kata, struktur bahasa, serta gaya bahasa dan pragmatik,
2) Isi pembicaraan, meliputi: hubungan isi topik, struktur isi, kuantitas isi, serta kualitas isi,
3) Teknik dan penampilan, meliputi: gerak-gerik dan mimik, hubungan dengan pendengar, volume suara, serta jalannya pembicaraan.
Dari kedua pendapat tokoh di atas, pada prinsipnya mengacu pada penilaian kemampuan berbicara yang secara garis besar mencakup ke dalam tiga aspek, yaitu: menyangkut bahasa yang dilisankan, isi pembicaraan, teknik, dan penampilan. 10. Praktik Berpidato Komunikasi lisan, khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara impromtu, menghapal, metode naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika menyusun pidato perlu diperhatikan:
a. pengumpulan bahan;
b. garis besar pidato;
c. uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato mutlak harus dilaksanakan terutama untuk mimik, nada bicara, intonasi dan waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. Biasanya pidato bertujuan untuk mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan. Sebelum mengadakan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah menganalisis pendengar:
a. jumlah pendengar;
b. tujuan mereka berkumpul;
c. adat kebiasaan mereka;
14
d. acara lain;
e. tempat berpidato;
f. usia pendengar;
g. tingkat pendidikan pendengar;
h. keterikatan hubungan batin dengan pendengar; dan
i. bahasa yang biasa digunakan.
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan membangkitkan minat pendengar, karena dapat menyajikan pesan dengan jelas sehingga memudahkan pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang lofis. Untuk memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun. Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan yaitu : deduktif, induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Selain itu pula, setiap pidato hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam menyusun dan membawakan suatu pidato yaitu:
a) garis besar terdiri dari tiga bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup;
b) lambang-lambang yang digunakan untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan;
c) penulisan pokok pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus dibedakan.
Dalam kaitan dengan nilai nilai komunikasinya, maka pidato harus menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata harus jelas dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda, sehingga pendengar meras bingung dalam menafsirkan pembicaraan.Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk mengungkapkan gagasan secara cermat. Untuk mencapai kejelasan dalam memilih kata-kata tersebut haruslah diperhatikan hal-hal berikut:
1) gunakanlah kata yang psesifik, maksudnya janganlah mnggunakan kata-kata yang terlalu umum artinya, sehingga mengundang bermacam-macam penafsiran;
2) gunakanlah kata-kata yang sederhana, maksudnya kata-kata yang mudah dipahami dengan cepat;
15
3) hindarilah istilah-istilah teknis, maksudnya janganlah menggunakan istilah-istilah yang sekiranya idak dapat dipahami pendengar pada umumnya;
4) berhematlah dalam menggunakan kata-kata, maksudnya membiasakan berbicara dengan menggunakan kalimat efektif;
5) gunakanlah perulangan atau pernyataan kembali gagasan-gagasan yang sama dengan kata-kata yang berbeda, maksudnya ialah memberikan tekanan terhadap gagasan utama untuk memprjelas kembali.
Terakhir, hal yang perlu diperhatikan yaitu cara membuka dan menutup pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang baik supaya pokok pembicaraan mendapat perhatian pendengar sebaik-baiknya yaitu dengan cara:
a) langsung menyebutkan pokok persoalan;
b) melukiskan latar belakang masalah;
c) menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak;
d) menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati;
e) menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato;
f) menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak;
g) menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi masa lalu;
h) menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar;
i) memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka;
j) memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan;
k) mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan;
l) menyatakan kutipan;
m) menceritakan pengalaman pribadi;
n) mengisahkan cerita faktual, fiktif, atau situasi hipotesis;
o) menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya;
p) membuat humor.
Dalam membuka pidato, kita tinggal memilih satu di antara cara-cara tersebut di atas sesuai dengan jumlah waktu yang tersedia, topik, tujuan, situasi, dan pendengar itu sendiri. Adapun cara menutup pidato, sebagai berikut:
16
a) menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan;
b) menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda;
c) mendorong khalayak untuk bertindak;
d) mengakhiri dengan klimaks;
e) mengatakan kutipan Al-Quran, sajak, peribahasa, atau ucapan para ahli;
f) menceritakan tokoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaran;
g) menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara;
h) menguji dan menghargai khalayak, dan membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Cara membuka dan menutup pidato di atas bukanlah cara yang mutlak dilaksanakan oleh pembicara, melainkan hal ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kemampuan pembicara dalam mengatur strategi membuka dan menutup pidato berdasarkan variasi dan kreativitas yang dimiliki. 11. Praktik Pembelajaran berbicara Jenjang Pendidikan : SMP Kelas/semester : II/1 Waktu : 90 menit Tema : Pidato 1. Kompetensi Dasar Menyimak : mendengarkan berita dari media Berbicara : berpidato Membaca : membaca intensif Menulis : menulis teks pidato 2. Hasil Belajar Menyimak : siswa mampu menceritakan kembali berita dari media televisi atau radio. Berbicara : siswa mampu berpidato untuk berbagai keperluan dengan ketepatan dan kesesuaian konteks.
17
Membaca : siswa mampu membaca intensif teks berita dariu media cetak. Menulis : siswa mampu menulis teks pidato untuk berbagai keperluan. 3. Indikator Hasil Belajar Menyimak : siswa mampu menceritakan kembali berita dari media televisi atau radio yang didengar dengan bahasa yang efektif dan memenuhi syarat pengungkapan berita (5W+1H). Berbicara : siswa mampu berpidato di sekolah atau di masyarakat dan berani menyampaikannya serta percaya diri di depan banyaqk pendengar. Membaca : siswa mampu menentukan informasi-informasi pokok dalam berita (rumus 5W+1H) yang dibaca. Menulis : siswa mampu menulis teks pidato dengan sistemayika yang benar, konteks yang sesuai dan menggunakan bahasa yang efektif. 4. Materi
 Pidato terdiri atas pendahuluan, isi, penutup yang masuk logika.
 Membaca dengan kecepatan rata-rata 200 kata/menit, intonasi, artikulasi dan komunikatif.
5. Pendekatan, Metode dan Media Pendekatan : terpadu Metode : pidato Media : pasar, sekolah dll. 6. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan
Waktu
Kegiatan
Apersepsi
10 menit
 Mintalah siswa untuk mencari berita yang sedang hangat dibicarakan;
18
 Mintalah siswa mencari berita dari media cetak, radio atau televisi dll;
 Mintalah siswa menuliskan berita yang telah didapat;
 Mintalah siswa membacakan hasil tulisan di depan kelas.
Ekspolarasi
60 menit
 Mintalah siswa untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang berita yang akan diliput.
 Mintalah siswa untuk menulis pertanyaan yang akan diajukan pada sumber;
 Mintalah siswa untuk menulis dengan kalimat yang benar menjadim sebuah berita;
 Mintalah siswa membacakan hasil tulisan berita di depaqn kelas selama 10 menit.
Penutup
20 menit
 Guru memberi penguatan tentang bagaimana cara mencari informasi sebuah berita;
 Guru memberi penjelasan tentang cara membuat kalimat pertanyaan yang baik;
 Guru memberi penjelasan tentang cara membuat berita yang aktual;
 Guru menjelaskan cara membacakan berita di depan umum.
19
7. Evaluasi Penilaian
No.
Nama Siswa
Intonasi
Sikap
Kerangka Pidato
Struktur kalimat
Kecepatan membaca
1.
……………..
……….
……….
………..
……….
……….
2.
……………..
………..
……….
………..
……….
……….
dst
………………
………..
……….
………..
………..
……….
Keterangan skor: 100-90 = Baik Sekali
90-80 = Baik
80-70 = Cukup Sekali
70-60 = Cukup
60-50 = Kurang
50-40 = Kurang Sekali
8. Lembar Kerja Siswa (LKS) Tidak ada LKS khusus, siswa bebas menuliskan ungkapan pikirannya pada selembar kertas. DAFTAR PUSTAKA Abernathy, Rob dan Mark Reardon. 2003. 25 Kiat dahsyat Menjadi Pembicara Hebat. Bandung: Mizan Media Utama. Carnegie, Dale. Cara Mencapai Sukses dalam Memperluas Pengaruh&Pandai Bicara. Bandung: Pionir. Furaih, Mazin bin Adul Karim. 2005. Tidak Cukup Hanya Bicara. Bandung: Syaamil Cipta Media. Hendrikus, Dori Wowor. 1991. Retorika Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi, dan Bernegosiasi. Jakarta: Kanisius.
20
Kisyani-Laksono.1999.Teori Berbicara.Surabaya: Unesa Unoversity Press. Krida Laksana, Hari Murti (Ed.) 1996. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Nugriyantoro, Burhan. 1998. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan sastra. Yogyakarta: BPFE. Oka, I Gusti Ngurah. 1976. Retorik: Sebuah Tinjauan Pengantar. Bandung: Tarate. Rakhmat, Jalaludin. 1982. Retorika Modern. Bandung: Akademika. Roger, Natalie. 2004. Berani Berbicara di Depan Publik: Cara Cepat Berpidato. Bandung: Penerbit Nuansa. Sardjana, Peter. 2006. Puspa Ragam:Contoh Teks Pidato dan Pembawa Acara. Yogyakarta: Absolut. Tarigan, Djago. 1990. Materi Pokok Pendidikan bahasa Indonesia 1. Buku 1 : Modul 1-6. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1980. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1983. Berbicara Sebagai Suatu ketrampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Taylor, Judith. 1998. Teknik Bertelepon Kiat Meningkatkan Citra Perusahaan. Jakarta: Pustaka Delapratasa. Widyamartaya, A. 1980. Kreatif Berwicara. Yogyakarta: Kanisius.

hubungan membaca dAn menyimak

HUBUNGAN MEMBACA DENGAN MENYIMAK

Oleh: Mr Marjan

A. Hubungan Membaca dengan Menyimak

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (1994:2) menuliskan hubungan penting antara membaca dan menyimak antara lain:

1. Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan.

2. menyimak merupakan cara atau mode utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selama tahun-tahun permulaan di sekolah.

3. kosa kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.

4. menyimak turut membantu sang anak untuk menangkap ide utama yang diajukan oleh pembicara; bagi pelajar yang lebih tinggi kelasnya, membaca lebih unggul daripada menyimak sesuatu yang mendadak dan pemahaman informasi yang terperinci.

Membaca tanpa menyimak apa yang dibaca. Itulah yang kebanyakan yang dilakukan oleh orang. Pernah membaca paragraf yang sama sampai tiga kali diulang? Atau sudah selesai di paragraf terakhir tanpa tahu apa yang baru saja kita baca? Itulah yang disebut dengan membaca tanpa menyimak. Ini sama saja dengan mengendarai mobil berkilo-kilo meter tanpa ingat bagaimana kita mencapai jarak sejauh itu. Hal seperti itu sudah cukup biasa terjadi pada banyak orang.

Suatu studi dilakukan ilmuwan asal University of Pittsburgh dan University of British Columbia untuk mempelajari kebiasaan buruk tersebut. Mereka melakukan serangkaian eksperimen terhadap sejumlah pembaca. Pembaca dengan kebiasaan kurang menyimak diketahui cenderung memiliki hasil buruk saat mengikuti tes komprehensif. Mereka dalam kondisi yang disebut dengan "zooning out" atau keluar dari zona yang seharusnya diperhatikan. Faktor penyebabnya cukup banyak, salah satunya adalah kemajemukan teks atau tugas.

Hasil studi ini menginspirasi ilmuwan untuk melakukan riset lebih jauh mengapa "zooning out" terjadi dan bagaimana menghentikannya. Masalah ketidakseriusan membaca ini selintas terdengar sepele sekali.
Dan akibatnya cukup fatal. Ada banyak keputusan yang dibuat salah sebagai imbas dari aktivitas membaca yang tidak diikuti menyimak konten bacaan dengan baik. Bayangkan kalau Anda seorang presiden dan membaca keputusan hukum tanpa menyimak saksama. Atau seorang dosen mengajarkan hal salah ke mahasiswanya hanya karena membaca tanpa menyimak dengan baik.

Kebiasaan membaca tanpa menyimak dengan baik banyak dilakukan orang.

Mata kita selalu membaca kata per kata, tapi pikiran kita kadang melayang entah kemana. Ada yang merasa lapar, haus, lelah, sehingga berpikir banyak hal dilakukan nanti.

B. Hubungan Membaca dengan Menulis

1. Gaya Tulisan Berasal dari Membaca

Riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis lewat membaca. Untuk lebih tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, dengan membaca. Kita sudah melihat banyak bukti yang menegaskan hal ini: Anak-anak yang berpartisipasi dalam program membaca-bebas, menulis dengan lebih baik dan mereka yang melaporkan bahwa semakin banyak mereka membaca semakin baik tulisannya

Ada alasan lain untuk memperkirakan bahwa gaya penulisan berasal dari membaca. "Argumen kompleksitas" berlaku pula untuk penulisan: Semua cara di mana bahasa tertulis "resmi" berbeda dengan bahasa yang lebih informal terlalu rumit untuk dipelajari satu per satu. Bahkan walau pembaca mengenali tulisan yang baik, para peneliti tidak berhasil menjabarkan secara lengkap tentang apa persisnya yang membuat tulisan yang "bagus" itu bagus. Oleh karena itu, masuk akal untuk mengatakan gaya penulisan tidak dipelajari secara sadar, melainkan umumnya diserap, atau secara tidak sadar diperoleh, lewat membaca.

Hunting (1967) memaparkan riset untuk disertasi (tidak dipublikasikan) yang menunjukkan bahwa kuantitas tulisan tidak berkaitan dengan kualitas tulisan. Banyak sekali kajian yang menunjukkan bahwa meningkatnya kuantitas tulisan tidak mempengaruhi kualitas tulisan. Nah, tentang gaya tulisan berasal dari membaca bukan dari menulis, sejalan dengan yang diketahui tentang kemahiran berbahasa: Kemahiran berbahasa diperoleh melalui masukan (input), bukan keluaran (output), dari pemahaman, bukan hasil. Dengan demikian, jika Anda menulis satu halaman sehari, gaya tulisan Anda tidak akan meningkat. Akan tetapi, hal baik lain bisa dihasilkan dari tulisan Anda, sebagaimana yang akan kita lihat dalam pembahasan berikut.

2. Beberapa Pendapat Mengenai Hubungan Membaca dengan Menulis

Berikut ini adalah beberapa pendapat orang-orang yang sering menulis di blog mengenai hubungan membaca dengan menulis.

Apabila banyak membaca maka kalau kita membuat suatu tulisan maka akan dengan mudah untuk mengembangkan suatu tulisan. menulis suatu tulisan lebih baiknya diawali dengan membaca terlebih dahulu. (Hakim, 2008).

Semakin banyak membaca semakin lancar pula menulis. (Nita, 2008).

Membaca akan menjadikan kita punya bahan untuk nulis. (Sholeh, 2008) .

Harus seimbang antara membaca dan menulis, artinya, kita jangan hanya membaca saja tapi juga sebaiknya menghasilkan sebuah karya dalam bentuk tulisan. (Finazli, 2008)

Jika anda ingin menjadi penulis–atau setidaknya mampu menulis dengan baik dan kreatif–yang harus Anda lakukan hanyalah dua hal : banyak membaca dan banyak menulis. Tak ada yang lain. (Irfani, 2008)

C. Hubungan Membaca dengan Berbicara

Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (1994:2) menuliskan hubungan penting antara membaca dan berbicara antara lain:

1. performasi membaca berbeda sekali dengan kecakapan bahasa lisan.

2. kalau, pada tahun-tahun permulaan sekolah, ujaran membentuk suatu pelajaran bagi pelajaran membaca, maka membaca bagi anak-anak kelas yang lebih tinggi turut membantu meningkatkan bahasa lisan mereka, misalnya: kesadaran linguistic mereka terhadap istilah-istilah baru, struktur kalimat yang baik dan efektif, serta penggunaan kata-kata yang tepat.

3. kosa kata khusus mengenai bahan bacaan haruslah diajarkan secara langsung. Andaikata muncul kata-kata baru dalam buku bacaan/buku pegangan murid, maka sang guru hendaknya mendiskusikannya dengan murid sehingga mereka mnemahami maknanya sebelum mereka mulai membacanya.

Membaca artinya adalah menggerakkan dan mengaktifkan fungsi indera informasi yang terdapat pada tubuh manusia yaitu mata dan telinga. Desain bentuk manusia yang diciptakan oleh Tuhan, menempatkan mata dan telinga sebagai pintu masuk informasi yang diperlukan oleh otak supaya bisa memberikan intruksi kepada syaraf tubuh untuk menggerakkan indera yang lain.

Berbicara artinya proses dimana otak memberikan intruksi kepada syaraf bicara untuk mengulang informasi yang telah didapat melalui mata dan telinga agar dapat bebentuk suara dan dapat ditangkap oleh orang lain sebagai informasi. Proses berbicara harus didahului dengan proses membaca dan ini akan terus terjadi secara berulang-ulang.

Kemampuan dan kemauan membaca mutlak diperlukan oleh semua individu yang memikirkan peningkatan kemampuan diri dengan terus menerus tanpa mengenal batas waktu, baik dalam memulainya ataupun dalam mengakhirinya. Berfikir terlambat untuk memulai belajar membaca adalah hal yang tidak seharusnya ditanamkan pada diri sendiri karena hal itu akan menyebabkan sebuah rasa rendah diri muncul ketika berada pada sebuah lingkungan yang dipenuhi dengan orang-orang yang berwawasan.

Berbeda dengan membaca, kemampuan berbicara memerlukan suatu kondisi yang sangat mendukung dalam pelaksanaannya. Untuk menunjukkan kemampuan berbicara dan mengemukakan pendapat diperlukan latihan yang terarah serta materi yang memadai. Kemampuan berbicara seseorang juga tidak terus menerus digunakan dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mendapatkan kemampuan berbicara yang memadai, umumnya seseorang harus terbiasa dahulu dengan sebuah lingkungan yang memiliki aturan yang kuat secara hierarki. Lingkungan tersebut dapat berupa organisasi massa atau lingkungan kerja.

Kemampuan membaca harus dijalankan terlebih dahulu sebelum kemampuan berbicara dimiliki. Kemampuan membaca ini akan menciptakan daya pikir yang menyukai analisa atas sebab suatu hal. Peningkatan daya pikir yang memperkuat analisa akan membuat kemampuan berbicara jauh lebih baik meskipun seseorang tidaklah rutin melatih kemampuan berbicaranya. Kemampuan berbicara tidaklah selalu dijadikan indikator dari tingkat intelegensi seseorang karena mengarang kata-kata bukanlah hal yang terlalu sulit untuk dilakukan. Sebaliknya kemampuan membaca bisa dijadikan indikator kekuatan intelegensi seseorang karena melatih kemampuan membaca butuh usaha keras dan konsistensi seumur hidup.

D. Aktivitas dalam Membaca

Terkait dengan aktivitas membaca, terdapat paling tidak dua jenis motivasi yang memicu seseorang itu untuk membaca.Pertama, motivasi internal. Seseorang membaca karena didorong oleh keinginan, hasrat untuk mengetahui, —dan mungkin juga— menguasai sesuatu hal. Jelas, dorongan untuk membaca ini timbul dari dalam diri pembaca itu sendiri. Ia membaca atas kesadaran diri sendiri, bukan karena pengaruh atau paksaan dari luar.

Kedua, motivasi eksternal. Dalam hal ini, seseorang melakukan kegiatan membaca supaya dirinya mendapatkan suatu reward. Misalkan, seorang mahasiswa yang membaca buku semalam suntuk demi bisa mendapatkan nilai yang baik pada ujian esok harinya. Pada konteks ini, dorongan untuk membaca muncul karena pengaruh dari luar diri yang bersangkutan.

Terlepas dari motivasi apa yang dimiliki seseorang untuk membaca, idealnya kegiatan membaca memang harus senantiasa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Namun demikian, motivasi saja masih belum cukup untuk menjamin agar kita bisa benar-benar mengerti dan memahami apa yang kita baca. Untuk itu, selain motivasi yang kuat untuk membaca, kita pun perlu mengetahui teknik-teknik membaca yang baik dan efektif.

Dalam karyanya yang bertajuk ”The Brain Worker’s Handbook” (yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi ”Cara Mudah Menjadi Pemikir Kreatif”), Dr. Kurt Kauffmann mengemukakan, sejumlah teknik yang perlu dipraktikkan saat melakukan aktivitas membaca. Pertama, membacalah untuk memperoleh informasi, bukan untuk memperoleh aneka pendapat. Bersikaplah kritis. Mengapa? Karena Anda, sudah tentu tidak ingin menjadi orang yang cuma membeo. Sangat banyak orang yang membaca sesuatu dan lantas mempercayai begitu saja apa yang dia baca.

Tidak sedikit orang yang membaca demi hanya mendukung pendapat yang telah dianutnya. Pembaca yang demikian tidak mau berpikir lagi dan percaya pada apa yang dibacanya begitu saja. Kedua, hendaknya Anda membolak-balik terlebih dahulu buku yang akan Anda baca sebelum Anda memutuskan membaca buku tersebut hingga tuntas.

Pertimbangkan apakah buku itu bermanfaat atau tidak bagi Anda. Cermatilah apakah makna buku tersebut bagi Anda. Lakukan hal yang sama pula saat Anda akan membaca koran atau majalah. Ketiga, jika Anda membaca buku ilmiah, Anda harus membacanya dengan pikiran yang objektif. Akan tetapi, jika Anda membaca buku yang mengemukakan suatu pendapat atau propaganda, Anda harus membaca buku itu dengan kritis.

Dalam konteks ini, Anda harus menempatkan diri Anda laksana seorang hakim. Dengan demikian, Anda harus menjadi orang yang tidak gampang percaya begitu saja. Keempat, buatlah tanda-tanda khusus pada bagian-bagian penting dalam setiap bahan bacaan yang Anda baca. Tanda-tanda khusus itu bisa berupa tanda silang yang mencolok pada tepi kiri bagian yang Anda baca, bisa juga berupa garis bawah pada bagian-bagian penting bahan yang Anda baca.

Kelima, buatlah ringkasan atau ikhtisar dari setiap pokok persoalan yang Anda baca. Ringkasan atau ikhtisar itu bisa Anda tulis dalam sehelaikartu atau dalam buku catatan khusus. Bila kelima teknik yang disodorkan oleh Dr. Kurt Kauffmann tersebut berhasil Anda praktikkan pada saat membaca, insya Allah Anda akan mampu membaca dengan baik. Banyak atau sedikit? Dimuka telah disebutkan bahwa idealnya kegiatan membaca itu sebaiknya dilakukan di mana pun dan kapan pun.

Persoalannya, seberapa banyak kita harus membaca? Banyak atau sedikit bukan merupakan hal yang terpenting dalam soal ini. Hal yang utama dalam membaca adalah yang menyangkut keefektifan dan keefisienan. Membaca sedikit tetapi efektif dan efisien jauh lebih baik dibandingkan dengan membaca banyak tetapi justru tidak efektif dan efisien.Sementara kalangan menilai, kegiatan membaca sendiri merupakan sebuah pekerjaan mental yang melelahkan otak.

Karenanya, kegiatan membaca seyogyanya dianggap sebagai sebuah pekerjaan serius dalam arti yang sesungguhnya dan bukannya sebagai sebuah kegiatan rekreatif yang bisa dilakukan sambil lalu dan asal-asalan.Nah, sebagai sebuah pekerjaan serius, sudah barang tentu, kegiatan membaca ini memerlukan konsentrasi penuh serta menuntut kesiapan mental dan fisik dari mereka yang melakukannya. Jadi, senantiasalah menyiapkan mental dan fisik Anda sebelum membaca sehingga Anda mampu memahami apa yang Anda baca dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hernowo. (2003). Menulis Membutuhkan Membaca dan Membaca Membutuhkan Menulis. Bandung: MLC

Subinarto, Djoko. (2007). Membaca, Aktivitas Serius Yang Menyenangkan. online: http//www.percikan-iman.com

Tarigan, HG. (1994). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Bebahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

keterampilan menyimak

KETERAMPILAN MENYIMAK

Oleh : Sriyono, S. Pd.

Pendahuluan

Perkembangan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi ini banyak menuntut masyarakatnya untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat, baik melalui berbagai media, radio, televisi, telepon, internet maupun melalui tatap muka secara langsung. Berbagai lembaga baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, untuk memecahkan masalah, sering mendatangkan para pakar yang sesuai dengan bidang informasi yang dibutuhkannya. Pemecahan masalah itu melalui berbagai kegiatan seperti rapat, seminar, diskusi, ceramah, debat, simposium, dsb.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering pula harus menyimak, berita, cerita, pengumuman, laporan, dan sebagainya. Namun, tidak semua orang mampu menyimak dengan baik, pasdahal kemajuan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan menyimak berbagai informasi anggota masyarakatnya. Jika seseorang banyak mendapatka informasi berarti orang itu meningkatkan pengetahuan, dan banyak pengetahuan berarti meningkatkan daya pikir.

Berbicara tentang keterampilan menyimak tidak dapat dipisahkan dari keterampilan bahasa yang lain, yaitu keterampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keberhasilan seseorang dalam menyimak dapat diketahuai bagaimana penyimak memahami dan menyampaikan informasi secara lisan maupun tertulis. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan menyimak cukup kompleks jika penyimak ingin menangkap makna yang sesungguhnya dari simakan yang mungkin tidak seutuhnya tersirat , sehingga penyimak harus berusaha mengungkapkan hal-hal yang tersirat itu.

Oleh karena itu, penyimak perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi simakan, artinya ia harus sering berlatih menyimak. Dengan demikian, berhasil tidaknya keterampilan siswa menyimak tidak lepas dari upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari kepentingan keterampilan menyimak terhadap keterampilan bahasa yang lainnya, yakni: (1) keterampilan menyimak merupakan dasar yang cukup penting untuk keterampilan berbicara. Ada yang berbicara harus ada yang menyimak atau sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, (2) keterampilan menyimak juga merupakan dasar bagi keterampilan membaca atau menulis, petunjuk-petunjuk disampaikan melalui bahasa lisan . Ini berarti mereka harus menyimak, (3) keterbatasan penguasaan kosakata pada saat menyimak akan menghambat kelancaran membaca dan menulis.

Berikut ini diuraikan secara singkat hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran menyimak yaitu: (1) Ciri-ciri penyimak yang baik, (2) Jenis-jenis menyimak, (3) Tahap-tahap menyimak, (4) Faktor yang mempengaruhi menyimak (5) Kendala dalam menyimak, (6)Teknik pembelajaran menyimak, (7) Materi menyimak SMP menurut Kurikulum 2004, (8) Penilaian menyimak.
Ciri-ciri Penyimak yang Baik

Penyimak yang baik adalah penyimak yang memiliki tiga sikap berikut ini (Suyono dan Kamijan 2002:17).

1. Bersikap objektif terhadap bahan simakan. Penyimak sebaiknya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal di luar kegiatan menyimak, seperti pembicara, ruang, suasana, sarana, dan prasarana.

2. Bersikap kooperatif, penyimak harus bersia untuk bekerja sama dengan pembicara untuk keberhasilan komunikasi.

3. Bahan simakan harus komunikatif, berupa konsep, gagasan, dan informasi yang jelas.


Jenis-jenis Menyimak

Secara garis besar, Tarigan (1983;22) membagi menyimak menjadi dua jenis yakni: (1)menyimak ekstensif dan (2) menyimak intensif.

1. Menyimak ekstensif ialah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, ercakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya.Ada beberapa jenis kegiatan menyimak ekstensif, antara lain: (a)menyimak sekunder yang terjadi secara kebetulan, (b) menyimak sosial yaitu menyimak masyarakat dalam kehidupan sosial, di pasar, di kantor pos, dan sebagainya, (c) menyimak estetika, ersifat apresiatif, dan (d) menyimak pasif, dilakukantanpa upaya sadar. Misalnya, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam kurun waktu dua atau tiga tahun berikutnya orang itu sudah dapatberbahasa daerah tersebut.

2. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, penuh konsentrasi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Menyimak intensif ini memiliki ciri-ciri yang harus diperhatikan, yakni: (a) menyimak intensif adalah menyimak pemahaman, (b) menyimak intensif memerlukan konsentrasi tinggi, (c) menyimak intensif ialah memahami bahasa formal, (d) menyimak intesiof diakhiri dengan reproduksi bahan simakan. Jenis-jenis menyimak intensif terdiri atas: (a)menyimak kritis, (b) menyimak konsentratif, (c) menyimak eksploratif, (d) menyimak interogatif, (e) menyimak selektif, dan (f) menyimak kreatif.


Tahap-tahap Menyimak

Dalam kegiatan menyimak ada tahapan yang harus dilakukan oleh penyimak agar penyimak benar-benar memahami informasi yang disimaknya. Tahapan itu adalah: (a) tahap mendengar, (b) tahap memahami, (c) tahap menginterpretasi, dan (d) tahap mengevaluasi.

Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Faktor yang mempengaruhi menyimak menurut Hunt dalam Trigan(1990: 97)adalah: sikap, motivasi, pribadi, situasi kehidupan, dan peranan dalam masyarakat. Sementara Logan (dalam Tarigan 1990: 98) mengemukakan bahwa yang mempengaruhi menyimak adalah faktor lingkungan, fisik, psikologios, dan pengalaman. Selain itu, Webb (Tarigan 1990:97) menambahkan bahwa perbedaan jenis kelamin juga mempengaruhi menyimak.

Cara Meningkatkan Keterampilan Menyimak

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam meningkatkan keterampilan menyimak seperti berikut ini.

1. Bersikaplah secara positif

2. Bertindaklah responsif

3. Cegahlah gangguan-gangguan

4. Simaklah dan ungkaplah maksud pembicara

5. Carilah tanda-tanda yang akan datang

6. Carilah rangkuman pembicaraan terlebih dulu

7. Nilailah bahan-bahan penunjang

8. Carilah petunjuk-petunjuk nonverbal

Kendala dalam Menyimak

Russel dan Black dalam Tarigan (1990: 82-86) ada beberapa kendala dalam menyimak, seperti berikut ini.

1. Keegosentrisan

2. Keengganan ikut terlibat

3. Ketakutan akan perubahan

4. Keinginan menghindari pertanyaan

5. Puas terhadap penampilan eksternal

6. Pertimbangan yang prematur

7. Kebingungan semantik.


Teknik Pembelajaran Menyimak
Untuk meningkatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan agar pembelajarannya menarik, ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam proses belajar mengajar. Teknik-teknik itu antara lain sebagai berikut ini.


1. Simak Ulang- Ucap
Teknik simak-ulang ucap digunakan untuk memperkenalkan bunyi bahasa dengan pengucapan atau lafal yang tepat dan jelas. Gurui dapat mengucapkan atau memutar rekaman buyi bahasa tertentu seperti fonem, kata, kalimat, idiom, semboyan, kata-kata mutiara, dengan jelas dan intonasi yang tepat. Siswa menirukan. Teknik ini dapat dilakukan secaea individual, kelompok, dan klasikal.


2. Identifikasi Kata Kunci
Untuk menyimak kalimat yang panjang siswa perlu mencari kalimat intinya. Kalimat inti itu dapat dicari melalui beberapa kata kunci. Kata kunci itulah yang mewakili pengertian kalimat.


3. Parafrase

Guru menyiapkan sebuah puisi dan dibacakan atau diperdengarkan. Setelah menyimak siswa diharapkan dapat menceritakab kembali isi puisi tadi dengan kata-katanya sendiri.


4. Merangkum

Guru menyiapkan bahan simakan yang cukup panjang. Materi itu disampaikan secara lisan kepada siswa dan siswa menyimak. Setelah selesai menyimak siswa disuruh membuat rangkuman.


5. Identifikasi Kalimat Topik

Setiap paragraf dalam wacana minimal mengandung dua unsur Yaitu: (a) kalimat tipok, (b) kalimat pengembang. Posisi kalimat topik dapat di awal, tengah, dan akhir.Setelah menyimak paragraf siswa disuruh mencari kalimat topiknya.


6. Menjawab Pertanyaan
Untuk memahami simakan yang agak panjang, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menggali pemahaman siswa.


7. Bisik Berantai
Suatu pesan dapat dilakukan secara berantai. Mulai dari guru membisikkan pesan kepada siswa pertama dan dilanjutkan kepada siswa berikutnya sampai siswa terakhir. Siswa terakhir harus mengucapkannya dengan nyaring. Tugas guru adalah menilai apakah yang dibisikkan tadi sudah sesuai atau belum. Jika belum sesuai, bisikan dapat diulangi, jika sudah sesuai bisikan dapat diganti dengan topik yang lain.


8. Menyelesaikan Cerita

Guru memperdengarkan suatu cerita sampai selesai. Setelah siswa selesai menyimak, guru menyuruh seseorang untuk menceritakan kembali dengan kata-katanya sendiri. Sebelum selesai bercerita, guru menghentikan cerita siswa tadi dan menggantikan dengan siswa lain yang bertugas menyelesaikan cerita kawannya, begitu seterusnya sehingga cerita itu berakhir seperti yang disimaknya.

Model Pembelajaran Menyimak di SMP

Berdasarkan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran menurut Kurikulum 2004 untuk SMP, materi pembelajaran keterampilan menyimak adalah sebagai berikut:

A. menyimak berita,

B. menyimak wawancara,

C. menyimak laporan perjalanan

D. menyimak pidato, dan

E. menyimak dialog.

Berikut disajikan contoh model pembelajaran menyimak dengan materi dan teknik penyajiannya.

A. Menyimak Berita

Berita merupakan kabar atau informasi yang disampaikan kepada orang lain. Penyampaian berita dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis baik langsung atau melalui berbagai media. Untuk pembelajaran menyimak, bahan simakan berita dapat diambil secara langsung dari penutur atau pembicara, diskusi, seminar,dsb., dan dapat pula diambil dari media radio, televisi, dsb.

Setelah siswa menyimak, selanjutnya siswa disuruh:

a. menuliskan pokok-pokok berita.

b. menuliskan isi berita, dan

c. memberi tanggapan.

Untuk penilaian menyimak berita, dapat dilihat dari (1) aspek kebahasaan yang terdiri atas indikator (a) nada/irama, (b) diksi, (c) struktur kalimat, dan (2) aspek nonkebahasaannya dengan indikatiornya: (a) penguasaan topik, (b) keberanian, (c) penalaran, dan (d) gerak/mimik. Masing-masing indikator diberi nilai/skor.

B. Menyimak Wawancara

Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa dalam menerima atau mencari informasi. Informasi ini dapat digunakan untuk mendukung keterampilan berbahasa yang lainnya seperti berbicara dan menulis.

Pembelajaran menyimak wawancara dapat dilakukan secara langsung atau dari rekaman kaset atau video. Setelah siswa menyimak, siswa ditugasi untuk memahami isi wawancara itu dengan cara berikut:

(a) mencatat hal-hal yang penting menarik,

(b) melaporkan hal-hal penting dan menarik,

(c) menyimpulkan isi wawancara.

Penilaian menyimak wawancara ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan :

!. Aspek kebahasaan :

(a) pemahaman isi

(b) ketepatan penangkapan isi

(c) ketahanan konsentrasi

2. Aspek pelaksanaan dan sikap:

(a) menghormati

(b) menghargai

(c) kritis

Masing-masing aspek/indikator diberi nilai/skor yang sudah ditentukan.

C. Menyimak Laporan Perjalanan

Laporan dari berbagai kegiatan memiliki ragam dan gaya bahasa berbeda-beda sesuai dengan jenis atau macam yang dilaporkan. Untuk laporan perjalanan (sesuai dengan Kurikulum 2004) biasanya sangat bersifat subjektif. Oleh karena itu biasanya laporan perjalanan memiliki diksi yang sangat bervariasi menurut pelapornya.

Materi simakan yang disajikan harus dipilih yang menarik dan tidak membosankan, sehingga siswa dapat mengikuti alur dan memahami isi laporan itu.

Setelah menyimak, siswa ditugasi (secara individu atau kelompok) untuk:

(a) menuliskan pokok laporan perjalanan,

(b) menuliskan kembali laporan perjalanan

(c) menanggapi laporan perjalanan.

Penilaian menyimak lapora perjalanan dapat dilihat dari :

1. Aspek kebahasaan:

(a) pemahaman isi

(b) kelogisan penafsiran

(c) ketahanan keionserntrasi

2. Aspek pelaksanaan dan sikap:

(a) menghargai

(b) kesungguhan

(c) kritis

Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.

D. Menyimak Pidato

Menyimak pidato adalah kegiatan untuk mendapatkan informasi dan juga menambah wawasan. Dengan bertambahnya pengetahuan dan wawasan seseorang akan lebih mampu berpikir dan bertindak.

Materi pidato dapat diambil secara langsung maupun melalui rekaman kaset atau video. Supaya simakan menarik perhatian siswa, sebaiknya materi memiliki persyaratan antara lain: (a) menarik, (b) aktual, (c) bahasanya komunikatif. Setelah siswa menyimak tugas siswa selanjutnya adalah :

(a) menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan oleh guru,

(b) menemukan hal-hal yang penting dalam pidato,

(c) menyimpulkan isi pidato.

Penilaian menyimak pidato ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa memahami pidato lewat aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.

E. Menyimak Dialog

Tujuan menyimak dialog adalah siswa dapat memahami isi dialog baik yang tersurat maupun yang tersirat. Materi simakan dialog dapat diambil secara langsung atau rekaman. Agar menarik perhatian siswa, topik dialog bersifat aktual.

Setelah siswa menyimak dialog, selanjutnya siswa melakukan kegiatan berikut:

(a) mencatat hal-hal yang penting dalam dialog,

(b) menyatakan informasi tersrat dalam dialog,

(c) menyimpulkan isi dialog, dan

(d) mengomentari isi dialog dari narasumber.

Penilaian menyimak dialog dapat dilakukan dengan melihat kemampuan siswa melalui:

A. Aspek kebahasaan:

(a) pemahaman isi

(b) kelogisan berpikir

(c) vokalisasi

(d) struktur kalimat

B. Aspek pelaksanaan dan sikap:

(a) menghargai

(b) konsentrasi/kesungguhan

(c) kritis

(d) penalaran

Masing-masing aspek dan indikator diberi nilai dan skor yang sudah ditentukan.


DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud. 1985. Menyimak dan Pengajarannya. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP. Jakarta: Depdiknas.

_____. 2004. “Bahasa Sastra Indonesia Keterampilan Menyimak”. Bahan Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru SMP. Jakarta:Depdiknas.

Kamijan dan Suyono. 2002. Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Pelajaran Menyimak. Jakarta: Depdiknas.

Nurhadi dan Agus Gerald Senduk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapan

Dalam KBK. Malang: Universitas Malang.

Subyakto N., Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:Depdikbud.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya:SIC.

Tarigan, Henry Guntur. 1983. Menyimak Sebagai Suatu Ketrampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Selasa, 28 September 2010

hakekat menyimak

Hakikat Menyimak

Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menuimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.

Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian Anda melanjutkan kembali kegiatannya.

Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.

Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya mengerjakan tugas lagi.

Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)

Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.

Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata apa yang paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak bukan? Oleh sebab itu, dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang digunakan adalah istilah menyimak.

Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekola, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang intensif.

MENYIMAK

Modul 1

HAKIKAT MENYIMAK

Pendahuluan

Modul ini membicarakan tentang hakikat menyimak. Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal yakni :

(1) pengertian, tujuan, dan peranan menyimak

(2) menyimak sebagai proses dan kemampuan penunjang

(3) jenis-jenis menyimak

Pembicaran mengenai ketiga butir tersebut di atas dianggap sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, hakikat menyimak merupakan dasar pengetahuan yang sangat fungsional dalam rangka memahami seluk beluk menyimak. Kedua, butir-butir tersebut di atas perlu dipahami para mahasiswa sehingga pengetahuan dan pengalaman menyimak mereka selama ini menjadi lebih bermakna. Dalam alasan kedua ini tersirat pengertian pengetahuan dan pengalaman menyimak mahasiswa dikaitkan dengan teori. Sebagai alasan ketiga, pemahaman ketiga unsur hakikat menyimak sangat membantu para mahasiswa dalam mempelajari modul menyimak berikutnya serat merupakan modal dalam mempraktekkan pengajaran menyimak di kelas.

Setelah mengkaji isi modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami atau mengetahui pengertian, tujuan, dan peranan menyimak, menyimak sebagai proses dan kemampuan penunjang, serta jenis-jenis menyimak. Tujuan yang sangat umum ini bila dirinci adalah sebagai berikut:

(1) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian menyimak

(2) mahasiswa dapat menyebutkan empat tujuan menyimak

(3) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian setiap tujuan menyimak

(4) mahasiswa dapat menyebutkan tahap-tahap menyimak

(5) mahasiswa dapat mengidentifikasi kemampuan penunjang dalam setiap tahap menyimak

PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PERANAN MENYIMAK

Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.

Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang didengar masuk telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu suara yang didengar itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si pendengar yang bersangkutan.

Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan , maka dalam peristiwa mendengarkan hal itu sudah ada. Faktor pemahaman biasanya juga mungkin tidak ada karena hal itu belum menjadi tujuan. Mendengarkan sudah mencakup mendengar.

Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak.

Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan difinisi menyimak sbb :

“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak melinbatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya.

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan :

1. mendapatkan fakta
2. menganalisis fakta
3. mengevaluasi fakta
4. mendapatkan inspirasi
5. menghibur diri
6. meningkatkan kemampuan berbicara

Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian, makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak digunakan.

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan eksperimen.

Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu benar.

Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain :

1. Benarkah fakta yang diajukan?
2. Relevankah fakta yang diajukan?
3. Akuratkah fakta yang disampaikan?

Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.

Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.

Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak seperti yang dibawakan Grup Srimulat.

Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi :

1. cara mengorganisasikan bahan pembicaraan

2. cara penyampaian bahan pembicaraan

3. cara memikat perhatian pendengar

4. cara mengarahkan perhatian pendengar

5. cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.

6. cara memulai dan mengakhiri pembicaraan

Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa acara atau master ceremony.

Berapa jam manusia menyimak dalam kegiatan sehari-hari? Jawaban pertanyaan itu bagi masyarakat diindonesia belum ada karena penelitian terhadap masalah tersebut sepengetahuan penulis belum pernah ada. Untuk sekedar informasi, penulis kutipan beberapa laporan hasil penelitian yang pernah dilaksanakan oleh para ahli di Amerika serikat. Donald E. Bird melaporkan hasil penelitiannya terhadap mahasiswa Stephene College Girls bahwa mahasiswa pada perguruan tinggi tersebut dalam mengikuti perkuliahan membagi aktivitasnya sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 25%

c. membaca : 15%

d. menulis : 18%

_____

Jumlah : 100% (Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World,

Inc., New York, 1951, halaman 166)

Paul T. Rankin seorang ahli bidang komunikasi, meneliti tentang penggunaan waktu kerja sekelompok manusia, Laporan Rankin adalah sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 32%

c. membaca : 15%

d. menulis : 11%

_____

Jumlah : 100% (Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience,

Harper & Row Publisher, New York, Evanston, and London, halaman 158).

Hasil penelitian lainnya walaupun hasilnya agak bervareasi namun tetap membuktikan bahwa kegiatan menyimak lebih lama dari kegiatan berbicara, membaca atau menulis.

Sekarang mari kita perhatikan sejenak bagaiman perbandingan antara kegiatan menyimak dan berbicara dalam suatu diskusi dengan jumlah peserta yang berbeda-beda. Diskusi yang beranggotakan dua orang dan kesempatan berbicara untuk masing-masing anggota setengah jam, maka perbandingan antara kegiatan menyimak dan berbicara adalah 1 : 1. Dalam diskusi yang pesertanya tiga orang dengan kesempatan berbicara masing-masing setengah jam, perbandingan kegiatan menyimak dan berbicara adalah 2 : 1. Bila jumlah peserta diskusi empat orang, maka perbandingan tersebut menjadi 4 :1. Artinya semakin banyak peserta diskusi, semakin lama kegiatan menyimak. Untuk memperjelas uraian diatas perhatikanlah diagram berikut:

No. Urut


Jumlah Peserta


Kesempatan/orang


Perbandingan Bicara-Menyimak

Berbicara


Menyimak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.


2 Orang

3 Orang

4 Orang

5 Orang

6 Orang

7 Orang

8 Orang


½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam


1x½ jam

2x½ jam

3x½ jam

4x½ jam

5x½ jam

6x½ jam

7x½ jam


1 : 1

1 : 2

1 : 3

1 : 4

1 : 5

1 : 6

1 : 7

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-tanda kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia (normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari kenyataan ini?Kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur untuk mendengar berbanding jalur untuk berbicara adalah 2:1.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar anak-anak sendiriaktivitas menyimak terjadi. Keluar dari rumah, terjadi dialog atau percakapan ataupun diskusi dengan teman sepermainan, rekan kerja sekantor, teman sekelas atau teman sejurusan di fakultas. Mungkin juga dialog terjadi di pasar sewaktu berbelanja. Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas menyimak terjadi juga. Dalam mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SMP, SMA, ataupun tingkat perguruan tinggi tugas menyimak sangat sering dan harus dilakukan oleh siswa ataupun mahasiswa. Kemajuan ilmu dan teknologi khususnya di bidang komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio, telepon, televisi, rekaman, dan film semakin menderas. Dalam peristiwa ini pun keterampilan menyimka mutlak diperlukan. Pendek kata seribu satu macam kegiatan menuntut manusia terampil menyimak.

Uraian tersebut di atas menggambarkan secara umum betapa fungsionalnya kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia. Bila diperinci, peranan menyimak tersebut hasilnya seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:

1. landasan belajar berbahasa
2. penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3. pelancar komunikasi lisan
4. penambah informasi

Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara.

Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing. Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis.

Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak, penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.

Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah informasi.

2. MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES PENUNJANG DAN KEMAMPUAN PENUNJANGNYA

Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif.

Bial perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.

Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.

Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.

Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman, penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.

Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas penyusun modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:

1. mendengar
2. mengidentifikasikan
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menanggapi

Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasaitu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.

Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik.

Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.

Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahamiatau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian.

Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak.

Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:

1. mendengar
2. mengidentifikasi
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menaggapi

Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap danmengingat itu harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.

Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.

Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat meusatkan perhatiannya kepada bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu meyusut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tingghal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya.

Disamping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar, pernagkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.

Perlu didasari bahwa kemempuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal. Karena itu diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kebali catat-annya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga atau empat kemampuan. Dan diantaranya, yakni kemampuan linguistik dan non-linguistik akan dijelaskan dalam paragraf berikut.

Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata,kalimat paragraf atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat. Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.

Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya. Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.

Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan.

Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama.

Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran atau gelengan kepala penyimak. Serbaliknya pesan yang meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh kemampuan penunjang penyimak yaitu :

1. kemampuan memusatkan perhatian

2. kemampuan mengingat

3. kemampuan menangkap bunyi

4. kemampuan linguistik

5. kemampuan nonlinguistik

6. kemampuan menilai

7. kemampuan menanggapi

3. JENIS-JENIS MENYIMAK

Apabila kita membaca dan memperhatikan berbagai buku literatur mengenai menyimak, maka akan ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimak terputus-putus, menyimak dangkal, menyimak sekelumit, menyimak sosial, menyimak kritis, menyimak responsif dan sebagainya. Keanekaragaman nama menyimak ini disebabkan oleh pengklasifikasian menyimak dengan titik pandang yang berbeda-beda pula.

Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu adalah :

1. sumber suara

2. taraf aktivitas menyimak

3. taraf hasil simakan

4. keterbatasan penyimak dan kemampuan khusus

5. cara penyimakan bahan simakan

6. tujuan menyimak

7. tujuan spesifik

Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal listening.

Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertarf rendah penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam aktivitas yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening.

Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal sembilan jenis penyimak. Yaitu :

1. Menyimak tanpa mereaksi : penyimak mendengar sesuatu berupa suaraatau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara masuk ke telinga kiri keluar dari telinga kanan.
2. Menyimak terputus-putus : penyimak sebentar menyimak sebentar tidak menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran penyimak bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.
3. Menyimak terpusat : pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada aba-aba untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.
4. Menyimak pasif : menyimak pasif hampir sama dengan menyimak tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.
5. Menyimak dangkal : penyimak hanya menangkap sebagian isi simakan. Bagian-bagian yang penting tidak disimak., mungkin karena sudah tahu, menyetujui atau menerima.
6. Menyimak untuk membandingkan : penyimak menyimak sesuatu pesan, kemudian menbandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.
7. Menyimak organisasi materi : penyimak berusaha mengetahui organisasi materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta detail penunjangnya.
8. Menyimak kritis : penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data atau keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.
9. Menyimak kreatif & apresiatif : penyimak memberikan responsi mental dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.

Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini :

1. Menyimak marginal : Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit atau kecil.
2. Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpaku dan terpukau dalam menikmati drmatisasi cerita atau puis, dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Ecara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.
3. Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan.salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.
4. Menyimak analisis : Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak.

Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan keluasan hasil simakan. Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis menyimak :

1. Menyimak intensif. Penyimak memahami secara terinci, teliti dan mendalam bahan yang disimak. Menyimak intensif mencakup menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratori, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.
2. menyimak ekstensif. Penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas, umum, dalam garis besar, atau butir-butir penting tertentu. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetis, dan menyimak pasif.

Tidyman dan Butterfield mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan menyimak. Hasil pengklasifikasian mereka menghasilkan tujuh jenis menyimak :

1. Menyimak sederhana : menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau bertelepon.
2. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan suara, perubahan suara seperti membedakan suara burung, suara mobil, suara orang dalam senang, marah, atau kecewa.
3. Menyimak santai : Menyimak untuk tujuan kesenangan misalnya pembacaan puisi, cerita pendek, rekaman dagelan atau lawak.
4. Menyimak informatif : Menyimak untuk mencari informasi seperti menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan, mendaftar ide dsb.
5. Menyimak literatur : Menyimak untuk mengorganisasikan ide seperti penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasil penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato, mencari penjelasan butir tertentu.
6. Menyimak kritis : Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara, misalnya dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah atau untuk mengetahui penyimpangan emosi, melebih-lebihkan propaganda, kejengkelan, kebingungan dan sebagainya.

Logan dan kawan-kawan mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan penjelasan setiap menyimak tersebut adalah :

1. Menyimak untuk belajar : Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa menyimak ceramah guru sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan sebagainya; mahasiswa mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi dan sebagainya.
2. Menyimak untuk menghibur : Penyimak, menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, dagelan, pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya.
3. Menyimak untuk menilai : Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak.
4. Menyimak apresiatif : Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan lain-lain.
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan : Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara pembicara dengan pendengar.
6. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan bunyi, suara. Dalam belajar bahasa Inggris misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi [ i ] dan [ i: ].
7. Menyimak pemecahan masalah : Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu. ( Logan dan kawan-kawan, Creative Communication, Teaching The Language Arts, Mc Grawa Hill Ryerson Limited, Montreal, Canada, 1972, hal 42 )

Modul 2

EFEKTIVITAS MENYIMAK

PENDAHULUAN

Modul kedua ini membahas efektivitas menyimak secara umum dengan fokus pembicaraan tiga butir masalah, yakni:

1. faktor keberhasilan menyimak
2. ciri penyimak ideal dan duga daya simak
3. meningkatkan daya simak

pembahasan butir (1), (2), dan (3) dianggap sangat penting mengingat berbagai alasan. Secara umum dapat dipastikan setiap penyimak berkeinginan untuk menjadi penyimak yang berkualitas, penyimak yang efektif. Hal yang sama tentu juga berlaku bagi para mahasiswa yang bersangkutan mengenal, menghayati, dan menguasai faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Pembicaraan butir (1), (2), dan (3) pun sangat penting bagi memperkuat landasan pembahasan bagian modul berikutnya, serta merupakan modal utama bagi pengajaran menyimak nantinya, saat mahasiswa sudah bertugas sebagai guru bahasa Indonesia di kelas.

Di bagian akhir proses pengkajian modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memenuhi, mengenal, atau mengetahui faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Tujuan yang masih bersifat umum tersebut di atas dapat dirinci menjadi tujuan yang khusus sebagai berikut:

1. mahasiswa dapat menyebutkan semua faktor keberhasilan menyimak
2. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua penentu keberhasilan menyimak
3. mahasiswa dapat menyebutkan semua ciri penyimak ideal
4. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua ciri penyimak yang ideal
5. mahasiswa dapat menyebutkan manfaat pengenalan dan daya simak diri
6. mahasiswa dapat menyusun skenario pelaksanaan cara peningkatan daya simak


FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN MENYIMAK

Dalam modul pertama sudah disinggung bahwa menyimak sangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari manusia. Artinya, setiap insan tak akan terlepas dari kegiatan menyimak. Rakyat jelata menyimak, para pedagang menyimak, mahasiswa dan pelajar sering harus menyimak dosen atau gurunya, para ilmuwanpun harus menyimak dalam berbagai kegiatan seperti pidato ilmiah, seminar, diskusi, dan sebagainya. Kegiatan menyimak selalu terjadi dimana saja, kapan saja, dan dilakukan oleh siapa saja.

Berikut ini disajikan beberapa gambaran peristiwa menyimak yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam setiap contoh.

(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab antara wartawan olah raga dengan Robby Darwis yang disiarkan melalui televisi. Inti pertanyaan berkisar tentang hukuman yang dijatuhkan wasit Malaysia terhadap Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah tersebut, sehingga ia mengikuti acara itu sampai selesai.

(2) Kelompencapir Mayangsari sedang mendengarkan siaran pedesaan dari RRI Bandung. Mereka berdesak-desakan duduk di ruang tamu, rumah Pak Hasan. Sebentar-sebentar suara mesin mobil menderu mengalahkan suara penyiar. Udara di ruangan itu pengap dipenuhi asap rokok. Siaran yang berisi cara memelihara domba itu tidak bisa mereka tangkap sepenuhnya.

(3) Anggota Koperasi Mahasiswa FPBS IKIP Bandung, mendengarkan dengan cermat ceramah koperasi yang disampaikan oleh dekan. Sebentar-sebentar mahasiwa itu bertanya ini-itu, kadang-kadang minta diulangi, dijelaskan lagi butir-butir tertentu. Kegiatan itu berlangsung digedung baru. Suasana akrab, meriah, kadang-kadang serius.

(4) Halimah, mahasiswa tingkat pertama, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Bandung, dengan tekun dan penuh perhatian mengikuti kuliah menyimak. Materi yang direncanakan dosen mencakup pengertian, peranan, dan jenis-jenis menyimak. Kuliah tersebut berlangsung di ruang 19 pagi-pagi jam 7.00.

Bila pembaca jeli memperhatikan contoh tang tertera pada nomor (1),(2),(3), dan (4) maka akan ditemui sejumlah faktor pendukung setiap peristiwa menyimak. Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang berbeda, ada yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak selalu mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu, peralatan, suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.

Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:

1. pembicara
2. pembicaraan
3. situasi
4. penyimak

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya. Karena itu ada sejumlah tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:

(1) Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati, benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang disampaikan tersebut.

(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf pendengarnya.

(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.

(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.

(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.

(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para pendengarnya.

Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:

(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.

(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.

(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.

(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.

(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.

Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:

(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.

(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.

(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.

(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.

Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:

(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.

(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.

(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam penyimak. Yang bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.

(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.

(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi, menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.

(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami isi bahan simakan.

Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak. Penyimak seperti golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam menyimak.


CIRI MENYIMAK IDEAL

DAN DUGA DAYA SIMAK

Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak diabaikan.

Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.

Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.

Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:

(1) pembicara

(2) pembicaraan

(3) situasi

(4) penyimak

Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.

Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.

(1) Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.

(2) Berkonsentrasi

Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannyakepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.

(3) Bermotivasi

Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak, dalam menyimak.

(4) Objektif

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.

(5) Menyeluruh

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.

(6) Menghargai pembicara

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.

(7) Selektif

Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang diterima diteln mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.

(8) Sungguh-sungguh

Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.

(9) Tak mudah terganggu

Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.

(10) Cepat menyesuaikan diri

Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.

(11) Kenal arah pembicaraan

Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.

(12) Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan sebagainya.

(13) Merangkum

Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.

(14) Menilai

Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.

(15) Merespons

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapn penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.

Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.

Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.

Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah.

Duga Daya Simak Diri

1. Siapkah saya untuk menyimak?

(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya dapat melihat dan mendengarkan si pembicara

(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?

2. Berkonsentrasilah saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan?

(1) Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?

(2) Siapkah saya memikirkan topik pembicaran dan menghubungkannya dengan pengetahuan siap saya mengenai hal itu?

(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan?

3. Siapkah saya memulai menyimak?

(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh pembicara?

(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya sepanjang pembicaraan?

4. Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?

(1) Saya manfaatkankah petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama, yang terpenting dan sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide dalam pikiran saya?

5. Setalah pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?

(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?

(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?

(Diterjemahkan secara bebas dari Checking up on my listening, yang dimuat dalam Greene&Petty, 1969:182)

MENINGKATKAN DAYA SIMAK

Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak timbuh, ataumati.

Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu dosebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat latihan menyimak, dlam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya dpat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.

Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.

Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak. Kelima cara tersebut adalah:

(1) simak-ulang ucap

(2) identifikasi kata kunci

(3) parafrase

(4) merangkum

(5) menjawab pertanyaan.

MODUL 3

BAHAN DAN METODE

PENGAJARAN MENYIMAK

Modul ketiga ini membahas tentang bahan dan metode pengajaran menyimak. Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal, yakni:

(1) Bahan pengajaran

(2) Metode pengajaran

(3) Penilaian dan umpan balik

Bahan, metode, dan penilaian merupakan sebagian dari butir-butir panjang dalam setiap pengajaran, termasuk pengajaran menyimak. Setiap guru atau calon guru harus memahami benar-benar dan mempraktekkan penyusunan bahan, penerapan metode dan penilaian dalam proses belajar mengajar. Jika guru dan calon guru sudah menguasai ketiga hal terseebut, mak ayang bersangkutan akan mendapatkan berbagai manfaat. Pertama, yang bersangkutan dapat merencanakan pengajaran menyimak dengan sebaik-baiknya. Kedua, yang bersangkutan akan tampil di kelas dengan penuh percaya diri, meyakinkan dan mengesankan. Ketiga, pemahaman terhadap ketiga butir tersebut diatas sangat membantu yang bersangkutan dalam melaksanakan pengajaran pokok bahasan lainnya.

Sebagimana modul-modul lainnya, modul ini pun dapat Anda pelajari denagn berbagai cara. Anda dapat mempelajari secara mandiri, berkelompok, berdiskusi, atau secara tutorial. Cara mana pun yang dipilih, pada akhirnya kegiatan belajar-mengajar Anda diharapkan dpat memahami dan menerapkan penyusunan bahan, metode dan penilaian dalam pengajaran menyimak.

Tujuan instruksional umum di atas dapat dirinci menjadi tujuan instruksional khusus seperti berikut yaitu mahasiswa dapat;

1. menjelaskan kedudukan pengajaran menyimak;
2. menggunakan bahan pokok bahasan membaca; pragmatik; dan apresiasi menjadi bahan pengajaran menyimak;
3. menyebutkan manfaat berbagai metode pangajaran menyimak;
4. meyebutkan ciri metode pengajaran menyimak yang baik;
5. mengidentifikasi metode pengajaran menyimak;
6. membuat dua contoh penerapan metode pengajaran menyimak;
7. menjelaskan pengertian penilaian;
8. membuat dua contoh penilaian pengajaran menyimak; dan
9. menyusun langkah tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.


BAHAN PENGAJARAN MENYIMAK

Teori tidak selamanya sejalan dengan prakteknya. Buktinya, tergambar dalam pengajaran menyimak. Kita sudah mengetahui bahwa menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Pengajaran bahasa, baik bahasa pertama ataupun bahasa kedua, harus berlandaskan menyimak. Menyimak juga memperlancar ketrampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak juga sangat penting dalam memperlancar komunikasi lisan. Menyimak adalah sarana ampuh dalam mengumpulkan informasi.

Sebenarnya menyusun bahan pengajaran menyimka tidak sesukar yang diduga. Hampir sama bahan pengajaran pokok bahasan yang ada dapt dijadikan bahan pengajaran menyimak. Semua bahan pengajaran yang tertulis dialihkan dalam bentuk suara maka jadilah bahan tersebut menjadi bahan pengajaran menyimak.

Bahan pengajaran membaca yang sudah ada dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran menyimak. Caranya dengan mengubah bentuk tetulis menjadi bentuk lisan.

METODE PENGAJARAN MENYIMAK

Disamping menguasai materi pelajaran, pengajar dituntut terampil menyampaikan materi itu kepada siswa. Cara penyampaian materi itu disebut dengan istilah metode pengajaran. Keterampilan menyampaikan bahan itu akan tercapai apabila pengajar sudah mengenal, mengetahui, dan dapat menerapkan berbagai metode pengajaran sehingga dapat menguntungkan pengajar tersebut antara lain:

Pengajaran Menyimak Bervariasi

Pengajaran menyimak dapat dilaksanakan dengan berbagai cara. Metode yang dipilih sangat bergantung kepada pengajar dengan mempertimbangkan tujuan, bahan,dan keterampilan proses yang ingin dikembangkan. Pengajaran menyimak yang bervariasi sangat menunjang minat dan gairah belajar. Proses belajar yang dilandasi oleh minat dan gairah dapat diharapkan akan berhasil.

Memecahkan Berbagai Masalah

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat akan dapat menanggulangi berbagai masalah seperti:

a. jumlah yang belajar terlalu banyak

b. perbedaan kemmpuan individu

c. materi pelajaran yang kurang menarik

d. lingkungan belajar yang kurang menarik

Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Pengajar yang memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan berbagai teknik pengajaran menyimak akan tampil lebih meyakinkan, percaya diri, dan menarik.

Membangun Suasana Belajar Yang Baik

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat akan menumbuhkan suasana belajar-mengajar yang baik.

Memusatkan Perhatian

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat membuat perhatian terpusat pada pelajaran.

Penyampaian Materi Pelajaran Terarah

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran menyimak yang tepat menjamin penyampaian materi pejaran lebih terarah, efisien dan efektif.

Pengajaran Lebih Berhasil

Pemilihan dan penerapan metode pengajaran meenyimak yang lebi tepat lebih menjamin tercapainya tujuan pengajaran. Ini berarti pengajarn pun akan berhasil dengan baik.

Pada hakikatnya tidak ada metode yang baik atau buruk. Metode itu sifatnya netral, karena baik buruknya suatu metode tergantung dari pengajar itu sendiri yang memakai.

Namun dalam praktek pengajaran kita kenal juga istilah metode yang baik. Sesuatu metode pengajaran yang baik dapat dikenal dari ciri-cirinya seperti:

1) menantang atau merangsang siswa untuk belajar.

2) mengaktifkan siswa dalam belajar.

3) mengembangkan kreativitas siswa, penampilan siswa secara individu atau kelompok.

4) memudahkan siswa memahami materi pengajaran.

5) mengarahkan aktivitas belajar siswa ke arah tujuan pengajaran.

6) mudah dipraktekkan, tidak menuntut peralatan yang rumit.

Apabila anda rajin membuka-buka buku pengajaran bahasa, Anda akan menemukan bermacam-macam metode pengajaran bahasa. Sebagian dari metode tersebut digunakan sebagai metode pengajaran menyimak. Berikut ini disajikan sejumlah metode pengajaran menyimak.

(1) Simak - Ulang Ucap

(2) Simak – Kerjakan

(3) Simak – Terka

(4) Simak – Tulis

(5) Memperluas kalimat

(6) Bisik Berantai

(7) Identifikasi Kata Kunci

(8) Identifikasi Kalimat Topik

(9) Menjawab Pertanyaan

(10) Menyelesaikan Cerita

(11) Merangkum

(12) Parafrase

Dalam pengetahuan kebahasaan kita mengenal istilah mendengar, mendengarkan dan menuimak.. Ketiga kata ini tentu mempunyai makna yang berbeda. Secara sekilas, mendengar adalah proses kegiatan menerima bunyi-bunyian yang dilakukan tanpa sengaja atau secara kebetulan saja.

Contoh : Saat Anda mengikuti kegiatan perkuliahan, Anda mendengar benda jatuh. Anda menoleh ke arah suara benda tadi. Anda tidak melihat apa-apa kemudian Anda melanjutkan kembali kegiatannya.

Mendengarkan adalah proses kegiatan menerima bunyi bahasa yang dilakukan dengan senagaja tetapi belum ada unsur pemahaman.

Contoh : Saya sedang membuat materi perkuliahan bahasa Indonesia. Saat saya sedang menulis, tiba-tiba saya mendengarkan lagu kesenangan saya. Kemudian saya berhenti sejenak sambil menikmati lagu tersebut. Setelah lagu selesai, saya mengerjakan tugas lagi.

Sedangkan menyimak adalah suatu proses kegiatan menyimak lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan (HG.Tarigan : 28)

Contoh : pada saat belajar bahasa Indonesia, saya menyimaknya dengan sungguh-sungguh. Sambil menyimak, saya mencatat hal-hal penting yang ada kaitannya dengan isi pembicaraan. Tanpa saya sadari, sesekali saya mengangguk-anggukkan kepala karena saya memahami apa yang telah dijelaskan. Saat guru memberi kesempatan untuk bertanya, saya bertanya apa yang belum saya pahami. Sebelum berakhir, saya merasa puas mengenai pembelajaran yang telah dibahas.

Setelah Anda membaca dan memahami ketiga kata dan contoh di atas, maka kata apa yang paling tepat digunakan dalam bahan pelatihan ini? Tentu kata menyimak bukan? Oleh sebab itu, dalam pembahasan pembelajaran, konsep atau pengetahuan dalam pelatihan ini istilah yang digunakan adalah istilah menyimak.

Menyimak dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting karena dapat memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Begitu juga di sekola, menyimak mempunyai peranan penting karena dengan menyimak siswa dapat menambah ilmu, menerima dan menghargai pendapat orang lain. Oleh sebab itu dalam pembelajaran menyimak memerlukan latihan-latihan yang intensif.

MENYIMAK

Modul 1

HAKIKAT MENYIMAK

Pendahuluan

Modul ini membicarakan tentang hakikat menyimak. Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal yakni :

(1) pengertian, tujuan, dan peranan menyimak

(2) menyimak sebagai proses dan kemampuan penunjang

(3) jenis-jenis menyimak

Pembicaran mengenai ketiga butir tersebut di atas dianggap sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, hakikat menyimak merupakan dasar pengetahuan yang sangat fungsional dalam rangka memahami seluk beluk menyimak. Kedua, butir-butir tersebut di atas perlu dipahami para mahasiswa sehingga pengetahuan dan pengalaman menyimak mereka selama ini menjadi lebih bermakna. Dalam alasan kedua ini tersirat pengertian pengetahuan dan pengalaman menyimak mahasiswa dikaitkan dengan teori. Sebagai alasan ketiga, pemahaman ketiga unsur hakikat menyimak sangat membantu para mahasiswa dalam mempelajari modul menyimak berikutnya serat merupakan modal dalam mempraktekkan pengajaran menyimak di kelas.

Setelah mengkaji isi modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami atau mengetahui pengertian, tujuan, dan peranan menyimak, menyimak sebagai proses dan kemampuan penunjang, serta jenis-jenis menyimak. Tujuan yang sangat umum ini bila dirinci adalah sebagai berikut:

(1) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian menyimak

(2) mahasiswa dapat menyebutkan empat tujuan menyimak

(3) mahasiswa dapat menjelaskan pengertian setiap tujuan menyimak

(4) mahasiswa dapat menyebutkan tahap-tahap menyimak

(5) mahasiswa dapat mengidentifikasi kemampuan penunjang dalam setiap tahap menyimak

PENGERTIAN, TUJUAN, DAN PERANAN MENYIMAK

Istilah mendengarkan, mendengar dan menyimak sering kita jumpai dalam dunia pengajaran bahasa. Ketiga istilah itu berkaitan dengan makna.

Peristiwa mendengar biasanya terjadi secara kebetulan, tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya. Karena itu kegiatan mendengar tidak direncanakan. Hal itu terjadi secara kebetulan. Apa yang didengar mungkin tidak dimengerti maknanya dan mungkin pula tidak menjadi perhatian sama sekali. Suara yang didengar masuk telingan kanan dan keluar dari telinga kiri. Dalam hal tertentu suara yang didengar itu dipahami benar-benar maknanya. Hal itu terbukti dari reaksi si pendengar yang bersangkutan.

Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan , maka dalam peristiwa mendengarkan hal itu sudah ada. Faktor pemahaman biasanya juga mungkin tidak ada karena hal itu belum menjadi tujuan. Mendengarkan sudah mencakup mendengar.

Di antara ketiga istilah teraf tertinggi diduduki istilah menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak.

Peristiwa menyimak selalu diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa baik secara langsung atau pun melalui rekaman, radio atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga diidentifikasi bunyinya. Pengelompokannya menjadi suku kata, kata, frasa dan klausa, kalimat dan wacana. Lagu dan intonasi yang menyertai ucapan pembicarapun turut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian diinterpretasikan maknanya, ditelaah kebenarannya atau dinilai lalu diambil keputusan menerima atau menolaknya. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan difinisi menyimak sbb :

“ Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. “ Menyimak melinbatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimakpun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya.

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak. Menyimak pada hakikatnya adalah mendengarkan dan memahami isi bahan simakan Karena itu dapat disimpulkan bahwa tujuan utama menyimak adalah menangkap,memahami, atau menghayati pesan,ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan.

Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas menyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yaitu menyimak untuk tujuan :

1. mendapatkan fakta
2. menganalisis fakta
3. mengevaluasi fakta
4. mendapatkan inspirasi
5. menghibur diri
6. meningkatkan kemampuan berbicara

Pengumpulan fakta dapat dilakukan dengan berbagai cara. Para peneliti mengumpulkan atau mendapatkan fakta melalui kegiatan penelitian, riset atau eksperimen. Pengumpulan fakta seperti cara ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang terpelajar. Bagi rakyat biasa hal itu jarang atau hampir-hampir tidak dapat dilakukan. Cara lain yang dapat dilakukan dalam pengumpulan fakta ialah melalui membaca. Orang-orang terpelajar sering mendapatkan fakta melakui kegiatan membaca seperti membaca buku-buku ilmu pengetahuan, laporan penelitian, makalah hasil seminar,majalah ilmiah, dan populer, surat kabar, dsb. Hal yang seperti ini pun jarang dilakukan oleh rakyat biasa. Dalam masyarakat tradisional pengumpulan fakta melalui menyimak tersebut banyak sekali digunakan. Dalam masyarakat modern pun pengumpulan fakta melalui menyimak itu masih banyak digunakan.

Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi melalui menyimak dapat berwujud dalam berbagai variasi. Misalnya mendengarkan radio, televisi, penyampaian makalah dalam seminar, pidato ilmiah, percakapan dalam keluarga, percakapan dengan tetangga, percakapan dengan teman sekerja, sekelas dsb. Kegiatan pengumpulan fakta atau informasi ini di kalangan pelajar dan mahasiswa banyak sekali dilakukan melalui menyimak. Fakta yang diperoleh melalui kegiatan menyimak ini kemudian dilengkapi dengan kegiatan membaca atau mengadakan eksperimen.

Fakta atau informasi yang telah terkumpul perlu dianalisis. Harus jelas kaitan antarunsur fakta, sebab dan akibat apa yang terkandung di dalamnya. Apa yang disampaikan pembicara harus dikaitkan dengan pengetahuan atau pengalaman menyimak dalam bidang yang relevan. Proses analisis fakta ini harus berlangsung secara konsisten dari saat-ke saat selama proses menyimak berlangsung. Waktu untuk menganalisis fakta itu cukup tersedia asal penyimak dapar menggunakan waktu ekstra. Yang dimaksud waktu ekstra adalah selisih kecepatan pembicaraan 120 – 150 kata per menit dengan kecepatan berpikir menyimak sekitar 300 – 500 kata per menit. Analisis kata sangat penting dan merupakan landasan bagi penilaian fakta. Penilaian akan jitu bila hasil analisis itu benar.

Tujuan ketiga dalam suatu proses menyimak adalah mengevaluasi fakta-fakta yang disampaikan pembicara. Dalam situasi ini penyimak sering mengajukan sejumlah pertanyaan seperti antara lain :

1. Benarkah fakta yang diajukan?
2. Relevankah fakta yang diajukan?
3. Akuratkah fakta yang disampaikan?

Apabila fakta yang disampaikan pembicara sesuai dengan kenyataan, pengalaman dan pengetahuan penyimak maka fakta itu dapat diterima. Sebaliknya bila fakta yang disampaikan kurang akurat atau kurang relevan, atau kurang meyakinkan kebenarannya maka penyimak pantas meragukan fakta tersebut. Hasil pengevaluasian fakta-fakta ini akan berpengaruh kepada kredibilitas isi pembicaraan dan pembicaranya. Setelah selesai mengevaluasi biasanya penyimak akan mengambil simpulan apa isi pembicaraan pantas diterima atau ditolak.

Adakalanya orang menghadiri suatu konvensi, pertemuan ilmiah atau jamuan tertentu, bukan untuk mencari atau mendapatkan fakta. Mereka menyimak pembicaraan orang lain semata-mata untuk tujuan mencari ilham. Penyimak seperti ini biasanya orang yang tidak memerlukan fakta baru. Yang mereka perlukan adalah sugesti, dorongan, suntikan semangat, atau inspirasi guna pemecahan masalah yang sedang mereka hadapi. Mereka ini sangat mengharapkan pembicara yang isnpiratif, sugestif dan penuh gagasan orisinal. Pembicaraan yang semacam ini dapat muncul dari tokoh-tokoh yang disegani, dari direktur perusahaan, orator ulung, tokoh periklanan, salesman dsb.

Sejumlah penyimak datang menghadiri pertunjukan seperti bioskop, sandiwara, atau percakapan untuk menghibur diri. Mereka ini adalah orang-orang yang sudah lelah letih dan jenuh. Mereka perlu penyegaran fisik dan mental agar kondisinya pulih. Karena itulah mereka menyimak untuk tujuan menghibur diri. Sasaran yang mereka pilih pun tertentu, misalnya menyimak pembicaraan cerita-cerita lucu, banyolan percakapan pelawak, menonton pertunjukan yang kocak seperti yang dibawakan Grup Srimulat.

Tujuan menyimak yang lain yaitu untuk meningkatkan keterampilan berbicara. Dalam hal ini penyimak memperhatikan seseorang pembicara pada segi :

1. cara mengorganisasikan bahan pembicaraan

2. cara penyampaian bahan pembicaraan

3. cara memikat perhatian pendengar

4. cara mengarahkan perhatian pendengar

5. cara menggunakan alat-alat bantu seperti mikrofon, alat peraga dsb.

6. cara memulai dan mengakhiri pembicaraan

Semua hal tersebut diperhatikan oleh penyimak dan kemudian dipraktikkan. Menyimak yang seperti inilah yang disebut menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara. Cara menyimak untuk tujuan peningkatan kemampuan berbicara biasanya dilakukan oleh mereka yang baru belajar menjadi orator dan mereka yang mau menjadi profesional dalam membawa acara atau master ceremony.

Berapa jam manusia menyimak dalam kegiatan sehari-hari? Jawaban pertanyaan itu bagi masyarakat diindonesia belum ada karena penelitian terhadap masalah tersebut sepengetahuan penulis belum pernah ada. Untuk sekedar informasi, penulis kutipan beberapa laporan hasil penelitian yang pernah dilaksanakan oleh para ahli di Amerika serikat. Donald E. Bird melaporkan hasil penelitiannya terhadap mahasiswa Stephene College Girls bahwa mahasiswa pada perguruan tinggi tersebut dalam mengikuti perkuliahan membagi aktivitasnya sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 25%

c. membaca : 15%

d. menulis : 18%

_____

Jumlah : 100% (Stuart Vhase, Power of Words, Harcourt, Brace & World,

Inc., New York, 1951, halaman 166)

Paul T. Rankin seorang ahli bidang komunikasi, meneliti tentang penggunaan waktu kerja sekelompok manusia, Laporan Rankin adalah sebagai berikut:

a. menyimak : 42%

b. berbicara : 32%

c. membaca : 15%

d. menulis : 11%

_____

Jumlah : 100% (Martin P. Anderson dkk. The speaker and His Audience,

Harper & Row Publisher, New York, Evanston, and London, halaman 158).

Hasil penelitian lainnya walaupun hasilnya agak bervareasi namun tetap membuktikan bahwa kegiatan menyimak lebih lama dari kegiatan berbicara, membaca atau menulis.

Sekarang mari kita perhatikan sejenak bagaiman perbandingan antara kegiatan menyimak dan berbicara dalam suatu diskusi dengan jumlah peserta yang berbeda-beda. Diskusi yang beranggotakan dua orang dan kesempatan berbicara untuk masing-masing anggota setengah jam, maka perbandingan antara kegiatan menyimak dan berbicara adalah 1 : 1. Dalam diskusi yang pesertanya tiga orang dengan kesempatan berbicara masing-masing setengah jam, perbandingan kegiatan menyimak dan berbicara adalah 2 : 1. Bila jumlah peserta diskusi empat orang, maka perbandingan tersebut menjadi 4 :1. Artinya semakin banyak peserta diskusi, semakin lama kegiatan menyimak. Untuk memperjelas uraian diatas perhatikanlah diagram berikut:

No. Urut


Jumlah Peserta


Kesempatan/orang


Perbandingan Bicara-Menyimak

Berbicara


Menyimak

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.


2 Orang

3 Orang

4 Orang

5 Orang

6 Orang

7 Orang

8 Orang


½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam

½ jam


1x½ jam

2x½ jam

3x½ jam

4x½ jam

5x½ jam

6x½ jam

7x½ jam


1 : 1

1 : 2

1 : 3

1 : 4

1 : 5

1 : 6

1 : 7

Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna di muka bumi ini. Tanda-tanda kesempurnaan ini amat banyak, antara lain kelihatan bahwa manusia (normal) dianugerahi dengan satu mulut dan dua telinga. Apa makna dari kenyataan ini?Kenyataan tersebut mengisyaratkan kepada kita bahwa faktor menyimak sangat penting, setidak-tidaknya, jalur untuk mendengar berbanding jalur untuk berbicara adalah 2:1.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar anak-anak sendiriaktivitas menyimak terjadi. Keluar dari rumah, terjadi dialog atau percakapan ataupun diskusi dengan teman sepermainan, rekan kerja sekantor, teman sekelas atau teman sejurusan di fakultas. Mungkin juga dialog terjadi di pasar sewaktu berbelanja. Dalam semua peristiwa itu pun aktivitas menyimak terjadi juga. Dalam mengikuti pendidikan baik di tingkat SD, SMP, SMA, ataupun tingkat perguruan tinggi tugas menyimak sangat sering dan harus dilakukan oleh siswa ataupun mahasiswa. Kemajuan ilmu dan teknologi khususnya di bidang komunikasi menyebabkan arus informasi melalui radio, telepon, televisi, rekaman, dan film semakin menderas. Dalam peristiwa ini pun keterampilan menyimka mutlak diperlukan. Pendek kata seribu satu macam kegiatan menuntut manusia terampil menyimak.

Uraian tersebut di atas menggambarkan secara umum betapa fungsionalnya kegiatan menyimak bagi kehidupan manusia. Bila diperinci, peranan menyimak tersebut hasilnya seperti berikut. Menyimak berperan sebagai:

1. landasan belajar berbahasa
2. penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis
3. pelancar komunikasi lisan
4. penambah informasi

Belajar berbahasa dimulai dengan menyimak. Coba perhatikan bagaimana anak kecil belajar bahasa ibunya. Mula-mula yang bersangkutan banyak menyimak rangkaian bunyi bahasa. Bunyi bahasa itu dikaitkan dengan makna. Setelah banyak menyimak, ia mulai meniru ucapan-ucapan yang pernah disimaknya dan kemudian mencoba menerapkannya dalam pembicaraan. Proses menyimak, mengartikan makna, meniru, dan mempraktekkan bunyi bahasa itu dilakukannya berulang-ulang sampai akhirnya yang bersangkutan lancar berbicara.

Hal yang sama terjadi pula pada saat orang dewasa belajar bahasa asing. Yang bersangkutan mulai dengan mendengarkan cara pengucapan fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkan maknanya. Langkah berikutnya meniru pengucapan, dan mempraktekannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata, dan kalimat serta menghafalkannya dalam berbicara. Semakin banyak yang bersangkutan menyimak, meniru, dan berlatih berbicara, semakin cepat ia menguasai bahasa yang dipelajarinya.

Melalui proses menyimak, orang dapat menguasai pengucapan fonem, kosa kata, dan kalimat. Pemahaman terhadap fonem, kata dan kalimat ini sangat membantu yang bersangkutan dalam kegiatan berbicara, membaca, ataupun menulis. Petunjuk-petunjuk dalam belajar berbicara, membaca, ataupun menulis selalu disampaikan melalui bahasa lisan. Ini berarti bahwa keterampilan menyimak memang benar-benar menunjang keterampilan berbicara, membaca dan menulis.

Komunikasi lisan dapat bebrbentuk jarak dekat dan jarak jauh dengan dua arah atau satu arah. Dalam komunikasi lisan dua arah, juga yang satu arah, faktor menyimak sangat penting. Penyimak harus memahami benar apa yang diutarakan pembicara. Bila penyimak memahami apa yang disampaikan pembicara maka ia dapat memberikan reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat. Terutama dalam komunikasi lisan dua arah, menyimak berperan sebagai pelancar jalannya komunikasi. Pada giliran memberikan reaksi atas apa yang telah disimak, penyimak berubah manjadi pembicara, sedang pembicara pertama beralih fungsi sebagai penyimak. Bila penyimak kedua ini benar-benar menyimak pembicaraan teman bicaranya, maka ia dapat memberikan reaksi yang tepat pula. Dengan demikian terjadilah komunikasi dua arah yang lancar.

Menyimak merupakan salah satu sarana ampuh dalam menjaring informasi. Berbagai ragam pengetahuan atau informasi dapat dikuasai melalui menyimak. Kita dapat menyimak siaran radio dan televisi, pembicaraan para ahli dalam diskusi, seminar, konvensi, atau pertemuan ilmiah. Kita pun dapat mengundang para pakar di bidangnya berceramah dan ceramahnya kita simak. Karena itu dapatlah disimpulkan bahwa salah satu peranan menyimak adalah sebagai penambah informasi.

2. MENYIMAK SEBAGAI SUATU PROSES PENUNJANG DAN KEMAMPUAN PENUNJANGNYA

Pada hakikatnya, menyimak berarti mendengarkan dan memahami bunyi bahasa. Namun sebelum sampai kepada taraf pemahaman, yang bersangkutan harus menapaki jalan yang berliku-liku. Artinya, yang bersangkutan harus berupaya bersungguh-sungguh. Kenyataan ini membuktikan bahwa menyimak sebenarnya bersifat aktif.

Bial perhatian kita hanya berpusat pada aktivitas fisik penyimak selama yang bersangkutan terlibat dalam peristiwa menyimak, maka seolah-olah menyimak memang benar bersifat pasif. Anggapan seperti ini memang pernah dianut orang. Tetapi kini anggapan seperti itu sudah ditinggalkan. Meyimak dianggap bersifat aktif-reseptif.

Setiap orang yang terlibat dalam proses menyimak harus menggunakan sejumlah kemampuan. Jumlah kemampuan yang digunakan itu sesuai dengan aktivitas penyimak. Pada saat penyimak menangkap bunyi bahasa, yang bersangkutan harus menggunakan kemampuan memusatkan perhatian. Bunyi yang ditangkap perlu diidentifikasi. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Kembali, bunyi yang sudah diidentifikasi itu harus diidentifikasi dan dipahami maknannya. Dala hal ini penyimak harus menggunakan kemampuan linguistik dan non-linguistik. Makna yang sudah diidentifikasi dan dipahami, makna itu harus pula ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dan dikaitkan dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki si penyimak. Pada situasi ini diperlukan kemampuan mengevaluasi.

Melalui kegiatan menilai ini, maka si penyimak sampai pada tahap mengambil keputusan apakah dia menerima, meragukan, atau menolak isi bahan simakan. Kecermatan managgapi isi bahan simakan membutuhkan kemampuan mereaksi atau menanggapi.

Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman, penginterpelasikan, dan penilaian. Logan dan Greene membagi proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.

Berdasarkan keteraguan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut di atas penyusun modul ini berkesimpulan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:

1. mendengar
2. mengidentifikasikan
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menanggapi

Dalam tahap mendengar, penyimak berusaha menagkap pesan pembicara yang sudah diterjemahkan dalam bentuk bunyi bahasa. Untuk menangkap bunyi bahasaitu diperlukan telinga yang peka dan perhatian terpusat.

Bunyi yang sudah ditangkap perlu diidentifikasi, dikenali dan dikelompokkan menjadi suku kata, kata, kelompk kata, kalimat, paragraf, atau wacana. Pengidentifikasian bunyi bahasa akan semakin sempurna apabila penyimak memiliki kemampuan linguistik.

Kemudian, bunyi bahasa itu perlu diinterprestasikan maknannya. Perlu diupayakan agar interpretasi makna ini sesuai atau mendekati makna yang dimaksudkan oleh pembicara.

Setelah proses penginterpretasian makna selesai, maka penyimak dituntut untuk memahamiatau menghayati makna itu. Hal ini sangat perlu buat langkah berikutnya, yakni penilaian.

Makna pesan yang sudah dipahami kemudian ditelaah, dikaji, dipertimbangkan, dikaitkan dengan pengalaman, dan pengetahuan penyimak. Kualitas hasil penilaian sangat tergantung kepada kualitas pengetahuan dan pengetahuan penyimak.

Tahap akhir dari proses menyimak ialah menanggapi makna pesan yang telah selesai dinilai. Tanggapan atau reaksi penyimak terhadap pesan yang diterimanya dapat berujud berbagai bentuk seperti mengagguk-angguk tanda setuju, mencibir atau mengerjakan sesuatu.

Menyimak adalah suatu proses. Proses itu terbagi atas tahap-tahap, yakni:

1. mendengar
2. mengidentifikasi
3. menginterpretasi
4. memahami
5. menilai
6. menaggapi

Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menangkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak ditunutut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh telinganya. Kemampuan menangkap danmengingat itu harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.

Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.

Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat meusatkan perhatiannya kepada bagian simakan dalam 15 menit pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu meyusut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tingghal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya.

Disamping kemampuan memusatkan kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam setiap fase menyimak, yakni kemampuan menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar, pernagkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali isi pesan bahan simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.

Perlu didasari bahwa kemempuan mengingat seseorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya tinggal sedikit yang tinggal. Karena itu diperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kebali catat-annya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan maupun tulisan.

Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga atau empat kemampuan. Dan diantaranya, yakni kemampuan linguistik dan non-linguistik akan dijelaskan dalam paragraf berikut.

Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Di sini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus memahami susunan dan makna dari fonem, kata,kalimat paragraf atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat. Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan nonlinguistik.

Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat ditentukan oleh kualitas orang yang mengujinya. Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.

Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon atau tanggapan. Di sini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan.

Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang berbeda menyebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama.

Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran atau gelengan kepala penyimak. Serbaliknya pesan yang meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase penyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang menyimak. Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh kemampuan penunjang penyimak yaitu :

1. kemampuan memusatkan perhatian

2. kemampuan mengingat

3. kemampuan menangkap bunyi

4. kemampuan linguistik

5. kemampuan nonlinguistik

6. kemampuan menilai

7. kemampuan menanggapi

3. JENIS-JENIS MENYIMAK

Apabila kita membaca dan memperhatikan berbagai buku literatur mengenai menyimak, maka akan ditemui jenis dan nama menyimak. Misalnya menyimak terputus-putus, menyimak dangkal, menyimak sekelumit, menyimak sosial, menyimak kritis, menyimak responsif dan sebagainya. Keanekaragaman nama menyimak ini disebabkan oleh pengklasifikasian menyimak dengan titik pandang yang berbeda-beda pula.

Menurut pengamatan penulis, paling sedikit ada tujuh titik pandang yang digunakan sebagai dasar pengklasifikasian menyimak. Ketujuh titik pandang itu adalah :

1. sumber suara

2. taraf aktivitas menyimak

3. taraf hasil simakan

4. keterbatasan penyimak dan kemampuan khusus

5. cara penyimakan bahan simakan

6. tujuan menyimak

7. tujuan spesifik

Berdasarkan sumber suara yang disimak, dikenal dua jenis nama penyimak yaitu intrapersonal listening atau menyimak intrapribadi dan interpersonal listening atau menyimak antarpribadi. Sumber suara yang disimak dapat berasal dari diri kita sendiri. Ini terjadi di saat kita menyendiri merenungkam nasib diri, menyesali perbuatan sendiri, atau berkata-kata dengan diri sendiri. Jenis menyimak yang seperti inilah yang disebut intrapersonal listening. Sumber suara yang disimak dapat pula berasal dari luar diri penyimak. Menyimak yang seperti inilah yang paling banyak kita lakukan misalnya dalam percakapan, diskusi, seminar, dan sebagainya. Jenis menyimak yang seperti ini disebut inter personal listening.

Taraf aktivitas penyimak dalam menyimak dapat dibedakan atas kegiatan bertaraf rendah dan bertaraf tinggi. Dalam aktivitas bertarf rendah penyimak baru sampai pada kegiatan memberikan dorongan, perhatian, dan menunjang pembicaraan. Biasanya aktivitas itu bersifat nonverbal seperti mengangguk-angguk, senyum, sikap tertib dan penuh perhatian atau melalui ucapan-ucapan pendek seperti benar, saya setuju, ya, ya dan sebagainya. Menyimak dalam taraf rendah ini dikenal dengan nama silent listening. Dalam aktivitas yang bertaraf tinggi, penyimak sudah dapat mengutarakan kembali isi bahan simakan. Pengutaraan kembali isi bahan simakan menandakan bahwa penyimak sudah memahami isi bahan simakan. Jenis menyimak seperti ini disebut dengan nama active listening.

Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai taraf mendalam. Berdasarkan taraf hasil simakan tersebut dikenal sembilan jenis penyimak. Yaitu :

1. Menyimak tanpa mereaksi : penyimak mendengar sesuatu berupa suaraatau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara masuk ke telinga kiri keluar dari telinga kanan.
2. Menyimak terputus-putus : penyimak sebentar menyimak sebentar tidak menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran penyimak bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.
3. Menyimak terpusat : pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada aba-aba untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.
4. Menyimak pasif : menyimak pasif hampir sama dengan menyimak tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.
5. Menyimak dangkal : penyimak hanya menangkap sebagian isi simakan. Bagian-bagian yang penting tidak disimak., mungkin karena sudah tahu, menyetujui atau menerima.
6. Menyimak untuk membandingkan : penyimak menyimak sesuatu pesan, kemudian menbandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.
7. Menyimak organisasi materi : penyimak berusaha mengetahui organisasi materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta detail penunjangnya.
8. Menyimak kritis : penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data atau keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.
9. Menyimak kreatif & apresiatif : penyimak memberikan responsi mental dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima.

Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta alasannya seperti di bawah ini :

1. Menyimak marginal : Menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contoh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit atau kecil.
2. Menyimak apresiatif. Penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpaku dan terpukau dalam menikmati drmatisasi cerita atau puis, dalam menyimak pemecahan masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Ecara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.
3. Menyimak atentif. Penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan.salah satu karateristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab dan sejenisnya.
4. Menyimak analisis : Penyimak mempertimbangkan, menelaah, mengkaji isi bahan simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak.

Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan keluasan hasil simakan. Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis menyimak :

1. Menyimak intensif. Penyimak memahami secara terinci, teliti dan mendalam bahan yang disimak. Menyimak intensif mencakup menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratori, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.
2. menyimak ekstensif. Penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas, umum, dalam garis besar, atau butir-butir penting tertentu. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetis, dan menyimak pasif.

Tidyman dan Butterfield mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan menyimak. Hasil pengklasifikasian mereka menghasilkan tujuh jenis menyimak :

1. Menyimak sederhana : menyimak sederhana terjadi dalam percakapan dengan teman atau bertelepon.
2. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan suara, perubahan suara seperti membedakan suara burung, suara mobil, suara orang dalam senang, marah, atau kecewa.
3. Menyimak santai : Menyimak untuk tujuan kesenangan misalnya pembacaan puisi, cerita pendek, rekaman dagelan atau lawak.
4. Menyimak informatif : Menyimak untuk mencari informasi seperti menyimak pengumuman, jawaban pertanyaan, mendaftar ide dsb.
5. Menyimak literatur : Menyimak untuk mengorganisasikan ide seperti penyusunan materi dari berbagai sumber, pembahasan hasil penemuan, merangkum, membedakan butir-butir dalam pidato, mencari penjelasan butir tertentu.
6. Menyimak kritis : Menyimak untuk menganalisis tujuan pembicara, misalnya dalam diskusi, perdebatan, percakapan, khotbah atau untuk mengetahui penyimpangan emosi, melebih-lebihkan propaganda, kejengkelan, kebingungan dan sebagainya.

Logan dan kawan-kawan mengklasifikasikan menyimak atas dasar tujuan juga, yakni tujuan khusus. Menurut mereka ada tujuh jenis menyimak yang perlu dikembangkan melalui pengajaran bahasa bagi siswa di sekolah. Jenis dan penjelasan setiap menyimak tersebut adalah :

1. Menyimak untuk belajar : Melalui kegiatan menyimak seseorang mempelajari berbagai hal yang dibutuhkan. Misalnya para siswa menyimak ceramah guru sejarah, guru bahasa Indonesia, botani dan sebagainya; mahasiswa mendengarkan siaran radio, televisi, diskusi dan sebagainya.
2. Menyimak untuk menghibur : Penyimak, menyimak sesuatu untuk menghibur dirinya, misalnya, menyimak pembacaan cerita-cerita lucu, dagelan, pertunjukan sandiwara, film dan sebagainya.
3. Menyimak untuk menilai : Penyimak mendengarkan dan memahami isi simakan kemudian menelaah, mengkaji, menguji, membandingkan dengan pengalaman dan pengetahuan menyimak.
4. Menyimak apresiatif : Penyimak memahami, menghayati, mengapresiasi isi bahan simakan. Misalnya menyimak pembacaan puisi, cerita pendek, roman, menyimak pertunjukan sandiwara dan lain-lain.
5. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide dan perasaan : Penyimak memahami, merasakan ide, gagasan, perasaan pembicara sehingga terjadi sambung rasa antara pembicara dengan pendengar.
6. Menyimak diskriminatif : Menyimak untuk membedakan bunyi, suara. Dalam belajar bahasa Inggris misalnya siswa harus dapat membedakan bunyi [ i ] dan [ i: ].
7. Menyimak pemecahan masalah : Penyimak mengikuti uraian pemecahan masalah secara kreatif dan analitis yang disampaikan oleh pembicara. Mungkin juga penyimak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, secara kreatif dan analitis setelah yang bersangkutan mendapat informasi dari menyimak sesuatu. ( Logan dan kawan-kawan, Creative Communication, Teaching The Language Arts, Mc Grawa Hill Ryerson Limited, Montreal, Canada, 1972, hal 42 )

Modul 2

EFEKTIVITAS MENYIMAK

PENDAHULUAN

Modul kedua ini membahas efektivitas menyimak secara umum dengan fokus pembicaraan tiga butir masalah, yakni:

1. faktor keberhasilan menyimak
2. ciri penyimak ideal dan duga daya simak
3. meningkatkan daya simak

pembahasan butir (1), (2), dan (3) dianggap sangat penting mengingat berbagai alasan. Secara umum dapat dipastikan setiap penyimak berkeinginan untuk menjadi penyimak yang berkualitas, penyimak yang efektif. Hal yang sama tentu juga berlaku bagi para mahasiswa yang bersangkutan mengenal, menghayati, dan menguasai faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Pembicaraan butir (1), (2), dan (3) pun sangat penting bagi memperkuat landasan pembahasan bagian modul berikutnya, serta merupakan modal utama bagi pengajaran menyimak nantinya, saat mahasiswa sudah bertugas sebagai guru bahasa Indonesia di kelas.

Di bagian akhir proses pengkajian modul ini, mahasiswa diharapkan dapat memenuhi, mengenal, atau mengetahui faktor penentu keberhasilan menyimak, ciri menyimak ideal, serta cara-cara meningkatkan daya simak. Tujuan yang masih bersifat umum tersebut di atas dapat dirinci menjadi tujuan yang khusus sebagai berikut:

1. mahasiswa dapat menyebutkan semua faktor keberhasilan menyimak
2. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua penentu keberhasilan menyimak
3. mahasiswa dapat menyebutkan semua ciri penyimak ideal
4. mahasiswa dapat menjelaskan pengertian semua ciri penyimak yang ideal
5. mahasiswa dapat menyebutkan manfaat pengenalan dan daya simak diri
6. mahasiswa dapat menyusun skenario pelaksanaan cara peningkatan daya simak


FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN MENYIMAK

Dalam modul pertama sudah disinggung bahwa menyimak sangat fungsional dalam kehidupan sehari-hari manusia. Artinya, setiap insan tak akan terlepas dari kegiatan menyimak. Rakyat jelata menyimak, para pedagang menyimak, mahasiswa dan pelajar sering harus menyimak dosen atau gurunya, para ilmuwanpun harus menyimak dalam berbagai kegiatan seperti pidato ilmiah, seminar, diskusi, dan sebagainya. Kegiatan menyimak selalu terjadi dimana saja, kapan saja, dan dilakukan oleh siapa saja.

Berikut ini disajikan beberapa gambaran peristiwa menyimak yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Perhatikan faktor-faktor yang terlibat dalam setiap contoh.

(1) Ganda mengikuti dengan cermat tanya-jawab antara wartawan olah raga dengan Robby Darwis yang disiarkan melalui televisi. Inti pertanyaan berkisar tentang hukuman yang dijatuhkan wasit Malaysia terhadap Darwis. Ganda sangat berminat terhadap masalah tersebut, sehingga ia mengikuti acara itu sampai selesai.

(2) Kelompencapir Mayangsari sedang mendengarkan siaran pedesaan dari RRI Bandung. Mereka berdesak-desakan duduk di ruang tamu, rumah Pak Hasan. Sebentar-sebentar suara mesin mobil menderu mengalahkan suara penyiar. Udara di ruangan itu pengap dipenuhi asap rokok. Siaran yang berisi cara memelihara domba itu tidak bisa mereka tangkap sepenuhnya.

(3) Anggota Koperasi Mahasiswa FPBS IKIP Bandung, mendengarkan dengan cermat ceramah koperasi yang disampaikan oleh dekan. Sebentar-sebentar mahasiwa itu bertanya ini-itu, kadang-kadang minta diulangi, dijelaskan lagi butir-butir tertentu. Kegiatan itu berlangsung digedung baru. Suasana akrab, meriah, kadang-kadang serius.

(4) Halimah, mahasiswa tingkat pertama, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Bandung, dengan tekun dan penuh perhatian mengikuti kuliah menyimak. Materi yang direncanakan dosen mencakup pengertian, peranan, dan jenis-jenis menyimak. Kuliah tersebut berlangsung di ruang 19 pagi-pagi jam 7.00.

Bila pembaca jeli memperhatikan contoh tang tertera pada nomor (1),(2),(3), dan (4) maka akan ditemui sejumlah faktor pendukung setiap peristiwa menyimak. Faktor-faktor itu ada yang sering berulang, ada yang berbeda, ada yang lengkap, dan ada pula yang tidak lengkap. Peristiwa menyimak selalu mencakup faktor pembicara, bahan yang dibicarakn, pendengar, waktu, peralatan, suasana, keadaan cuaca, ruangan, dan sebagainya.

Karena sering dikatakan orang bahwa efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:

1. pembicara
2. pembicaraan
3. situasi
4. penyimak

Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya. Karena itu ada sejumlah tuntutan yang dialamatkan kepada pembicara seperti:

(1) Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati, benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang disampaikan tersebut.

(2) Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf pendengarnya.

(3) Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.

(4) Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.

(5) Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.

(6) Kontak dnegan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para pendengarnya.

Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:

(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.

(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.

(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.

(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.

(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yan terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.

Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:

(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yan menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.

(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.

(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.

(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.

Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.

Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai.

Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:

(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.

(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.

(3) Bertujuan: penyimak harus bertujuan dalam penyimak. Yang bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.

(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.

(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi, menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.

(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami isi bahan simakan.

Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut diatas pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak. Penyimak seperti golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam menyimak.


CIRI MENYIMAK IDEAL

DAN DUGA DAYA SIMAK

Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan. Buku teks jarang ditulis. Pada gilirannya pengajaran menyimak diabaikan.

Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.

Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.

Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan menyimak, sudah dijelaskan faktor-faktor penentu keberhasilan menyimak itu mencakup:

(1) pembicara

(2) pembicaraan

(3) situasi

(4) penyimak

Faktor penyimak ini akan dibicarakan sekali lagi. Fokus pembicaraan mengenai ciri-ciri atau karakteristiknya.

Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.

Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.

(1) Siap fisik dan mental

Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.

(2) Berkonsentrasi

Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannyakepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.

(3) Bermotivasi

Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak, dalam menyimak.

(4) Objektif

Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.

(5) Menyeluruh

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.

(6) Menghargai pembicara

Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.

(7) Selektif

Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan da diingat. Tidak semua bahan yang diterima diteln mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.

(8) Sungguh-sungguh

Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.

(9) Tak mudah terganggu

Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.

(10) Cepat menyesuaikan diri

Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.

(11) Kenal arah pembicaraan

Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.

(12) Kontak dengan pembicara

Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya; benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan sebagainya.

(13) Merangkum

Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.

(14) Menilai

Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.

(15) Merespons

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapn penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.

Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.

Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.

Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah.

Duga Daya Simak Diri

1. Siapkah saya untuk menyimak?

(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya dapat melihat dan mendengarkan si pembicara

(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?

2. Berkonsentrasilah saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan?

(1) Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?

(2) Siapkah saya memikirkan topik pembicaran dan menghubungkannya dengan pengetahuan siap saya mengenai hal itu?

(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan?

3. Siapkah saya memulai menyimak?

(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh pembicara?

(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya sepanjang pembicaraan?

4. Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?

(1) Saya manfaatkankah petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama, yang terpenting dan sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide dalam pikiran saya?

5. Setalah pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?

(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?

(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?

(Diterjemahkan secara bebas dari Checking up on my listening, yang dimuat dalam Greene&Petty, 1969:182)

MENINGKATKAN DAYA SIMAK

Setiap manusia dialhirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak timbuh, ataumati.

Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu dosebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat latihan menyimak, dlam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya dpat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.

Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.

Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak. Kelima cara tersebut adalah:

(1) simak-ulang ucap

(2) identifikasi kata kunci

(3) parafrase

(4) merangkum

(5) menjawab pertanyaan.

MODUL 3

BAHAN DAN METODE

PENGAJARAN MENYIMAK

Modul ketiga ini membahas tentang bahan dan metode pengajaran menyimak. Pembicaraan dipusatkan kepada tiga hal, yakni:

(1) Bahan pengajaran

(2) Metode pengajaran

(3) Penilaian dan umpan balik

Bahan, metode, dan penilaian merupakan sebagian dari butir-butir panjang dalam setiap pengajaran, termasuk pengajaran menyimak. Setiap guru atau calon guru harus memahami benar-benar dan mempraktekkan penyusunan bahan, penerapan metode dan penilaian dalam proses belajar mengajar. Jika guru dan calon guru sudah menguasai ketiga hal terseebut, mak ayang bersangkutan akan mendapatkan berbagai manfaat. Pertama, yang bersangkutan dapat merencanakan pengajaran menyimak dengan sebaik-baiknya. Kedua, yang bersangkutan akan tampil di kelas dengan penuh percaya diri, meyakinkan dan mengesankan. Ketiga, pemahaman terhadap ketiga butir tersebut diatas sangat membantu yang bersangkutan dalam melaksanakan pengajaran pokok bahasan lainnya.

Sebagimana modul-modul lainnya, modul ini pun dapat Anda pelajari denagn berbagai cara. Anda dapat mempelajari secara mandiri, berkelompok, berdiskusi, atau secara tutorial. Cara mana pun yang dipilih, pada akhirnya kegiatan belajar-mengajar Anda diharapkan dpat memahami dan menerapkan penyusunan bahan, metode dan penilaian dalam pengajaran menyimak.

Tujuan instruksional umum di atas dapat dirinci menjadi tujuan instruksional khusus seperti berikut yaitu mahasiswa dapat;

1. menjelaskan kedudukan pengajaran menyimak;
2. menggunakan bahan pokok bahasan membaca; pragmatik; dan apresiasi menjadi bahan pengajaran menyimak;
3. menyebutkan manfaat berbagai metode pangajaran menyimak;
4. meyebutkan ciri metode pengajaran menyimak yang baik;
5. mengidentifikasi metode pengajaran menyimak;
6. membuat dua contoh penerapan metode pengajaran menyimak;
7. menjelaskan pengertian penilaian;
8. membuat dua contoh penilaian pengajaran menyimak; dan
9. menyusun langkah tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian.


BAHAN PENGAJARAN MENYIMAK

Teori tidak selamanya sejalan dengan prakteknya. Buktinya, tergambar dalam pengajaran menyimak. Kita sudah mengetahui bahwa menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Pengajaran bahasa, baik bahasa pertama ataupun bahasa kedua, harus berlandaskan menyimak. Menyimak juga memperlancar ketrampilan berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan menyimak juga sangat penting dalam memperlancar komunikasi lisan. Menyimak adalah sarana ampuh dalam mengumpulkan informasi.

Sebenarnya menyusun bahan pengajaran menyimka tidak sesukar yang diduga. Hampir sama bahan pengajaran pokok bahasan yang ada dapt dijadikan bahan pengajaran menyimak. Semua bahan pengajaran yang tertulis dialihkan dalam bentuk suara maka jadilah bahan tersebut menjadi bahan pengajaran menyimak.

Bahan pengajaran membaca yang sudah ada dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran menyimak. Caranya dengan mengubah bentuk tetulis menjadi bentuk lisan.